BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumbuhan (kingdom Plantae) adalah golongan makhluk
hidup eukariota multiselular yang memiliki kemampuan untuk memberi makan diri
sendiri (autotrof). Mereka memiliki kloroplas yang di dalamnya terdapat pigmen
klorofil (kebanyakan mengandung klorofil a dan b serta karotin). Selain itu,
tumbuhan juga memiliki struktur tubuh yang sudah terdiferensiasi membentuk
jaringan dan organ tubuh. Kelompok makhluk hidup yang termasuk dalam kingdom Plantae antara lain adalah tumbuhan
lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji.
Dalam penelitian kali ini, kami hanya akan membahas
tumbuhan lumut dan paku tentang bagaimana pengelompokan-pengelompokan, dan proses siklus
hidupnya.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Memahami struktur tumbuhan paku dan lumut melalui
bagan
2. Mengamati perkembangbiakan dari tumbuhan paku dan
lumut melalui charta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku pernah merajai vegetasi zaman
Paleozoikum periode karbon yang disebut zaman Paku. Tumbuhan paku yang dominan
saat itu berbentuk pohon (paku tiang), misalnya Alsophila glauca. (Henny Riandari: 2011)
Tumbuhan
paku dapat ditemukan diberbagai habitat, ada yang tumbuh di daratan yang
tanahnya netral, tanah berkapur, tanah asam, dan ada juga yang hidup di air.
Biasanya tumbuhan ini menyukai tempat yang lembab dan teduh. Adapun ciri-ciri
tumbuhan paku yaitu: memiliki akar, batang dan daun sejati, memiliki pembuluh
angkut dengan ikatan pembuluh, memiliki klorofil, berkembang biak dengan spora
dan pergiliran keturunan antara fase gametofit dan vegetatif (metagenesis).
Tumbuhan paku juga banyak memiliki manfaat bagi kehidupan manusi sehari-hari
antara lain Sebagai bahan obat-obatan, Sebagai
tanaman hias, Sebagai tanaman sayuran, Sebagai pupuk hijau dalam pertanian, dan
Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara. (Henny Riandari: 2011)
2.2 Lumut
Lumut merupakan tumbuhan darat pertama dengan
susunan tubuh yang masih sederhana. Secara khusus, lumut dikenal sebagai
tumbuhan tidak berpembuluh. Mereka tidak memiliki organ tubuh sebenarnya.
Tumbuhan tersebuh hanya memiliki organ yang menyerupai akar, batang dan daun.
Misalnya, rizoid merupakan organ pengganti akar pada lumut. Organ
tersebut memungkinkan lumut dapat menempel pada substrat dan menyerap air
(mineral) dari dalam tanah. (Arif Priadi: 2007)
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum biologi
umum ini tentang paku dan lumut adalah gambar tumbuhan paku dan lumut, serta
skematis siklus hidup tumbuhan lumut dan paku.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Mengamati Lumut
Langkah pertama yang
dilakukan adalah mengamati gambar dari lumut dan mencari bagian-bagian dari
tubuh lumut. Selanjutnya melengkapi skema siklus hidup tumbuhan lumut.
3.2.2 Mengamati Paku
Langkah pertama yang
dilakukan adalah mengamati gambar siklus hidup tumbuhan paku dan mengamati
bagian-bagian dari tubuh paku. Selanjutnya melengkapi skema siklus hidup
tumbuhan paku.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil Pengamatan
Skema siklus hidup tumbuhan lumut
Skema siklus hidup tumbuhan lumut
4.2
Pembahasan
4.2.1 Paku
(Pteridophyta)
a. Ciri-ciri Paku
Tumbuhan paku termasuk Kormophyta berspora karena sudah mempunyai
akar, batang dan daun sejati serta berkembang biak dengan
spora. Tumbuhan ini sudah mempunyai
klorofil, akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku yang kita kenal dan
dapat kita amati merupakan fase sporofit. (Henny Riandari: 2011)
Pteridophyta
hidup di habitat yang lembab sehingga disebut juga tumbuhan higrofit. Tumbuhan
paku muda mempunyai ciri khas bakal daun yang muda menggulung. Tumbuhan paku
merupakan tumbuhan lapisan bawah di hutan-hutan tropik dan subtropik.
Habitatnya meliputi tepi pantai sampai ke lereng pegunungan, dan di sekitar
kawah. (Henny Riandari: 2011)
Batang
tumbuhan paku sudah mempunyai pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem yang bertipe
konsentris (xilem dikelilingi floem). Akarnya berupa akar tongkat yang disebut rizom.
Daunnya terdiri atas daun kecil (mikrofil) dan daun besar (makrofil). Daun
yang digunakan untuk fotosintesis disebut tropofil. Adapun daun yang
menghasilkan spora disebut sporofil. Sporofil mempunyai kotak spora yang
disebut sporangium, berupa suatu badan yang menghasilkan spora. Sporangium
terkumpul dalam sorus. Kumpulan sorus-sorus disebut siri. Sorus dilindungi oleh
pembungkus (selaput) yang disebut indusium.
Sporangium
terdiri atas sporangiofor, annulus, operkulum, dan peristom. Sporangiofor
adalah tangkai sporangium. Annulus merupakan sederet sel mati yang mengelilingi
sporangium. Dinding sel annulus tebal, kecuali yang menghadap keluar. Annulus
barfungsi untuk mengeluarkan spora dengan menekan sporangium. Operkulum adalah
tutup kotak spora. Peristom adalah gigi yang melingkari operkulum. (Henny
Riandari: 2011)
b.
Perkembangbiakan
paku
Tumbuhan
paku mengalami pergiliran keturunan seperti halnya tumbuhan lumut. Siklus hidup
Pteridophyta dimulai dari proses terjadinya pembuahan antara spermatozoid dan
sel telur yang membutuhkan air sebagai media. Hasil pembuahan tersebut akan
menghasilkan zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan memperlihatkan dua
kutub. Satu kutub tumbuh ke atas (membentuk daun dan batang), sedangkan kutub
yang lain tumbuh ke bawah (membentuk akar). Namun, pada perkembangan
selanjutnya kutub yang satu tumbuh membentuk batang beserta daun, sedangkan
kutub yang lain terhenti atau tidak berkembang. Oleh karena itu, tumbuhan paku
disebut tumbuhan berkutub satu. (Henny Riandari: 2011)
c.
Klasifikasi Tumbuhan Paku
1. Devisi Psilotophyta
Anggota devisi Psilotophya tidak memiliki daun atau akar sejati. Fungsi
akar digantikan oleh rizoid. Psilotophyta memiliki sporangium yang terletak
pada ujung-ujung cabangnya. Psilotophyta merupakan kelompok tumbuhan paku yang
sudah hampir punah. Anggota devisi ini pernah dominan pada periode Silurian
hinnga Devonian. Salah satu jenis devisi psilotophyyta yang masih ada hingga
sekarang adalah Psilotum. (Bagod Sudjadi: 2007)
2. Devisi Lycopodophyta
Jumlah anggota devisi ini mencapai sekitar 1000 spesies. Mereka
memiliki daun berupa mikrofil yang tersusun secara spiral. Lycopodophyta
memiliki sporangium yang muncul dari ketiak daun yang berkumpul membentuk
strobilus (bentuk seprti pentungan kayu. Bersifat epifit. Contohnya Lycopodium dan Selaginella. (Bagod Sudjadi: 2007)
3. Devisi Equisetophyta
Jumlah anggota devisi ini hanya terdapat sekitar 15 spesies. Mereka
bisa tumbuh subur di tempat-tempat yang lembab, daun berukuran menengah,
bersisik, dan tersusun melingkar pada setiap buku. Rizom dapat menghasilkan
batang yang menjulang ke atas hingga mencapai ketinggian 1,3 meter. Pada ujung
batang terdapat stobilus berwarna kekuning-kuningan. Contohnya Equisetum. (Bagod Sudjadi: 2007)
4. Devisi Pteridophyta
Devisi ini meliputi tumbuhan paku
menurut kita sehari-hari. Mereka memiliki makrofil dengan tulang-tulang daun
dan daging daun (mesofil). Tinggi tumbuhan paku ini bervariasi, mulai dari yang
pendek dan tampak lumut hingga tinggi menjulang seperti pohon. Anggota devisi
ini ada yang tingginya mencapai enam kaki.
Contoh: Alsophilla glauca (paku tiang), Gleichenia linearis (paku resam), Adiantun
cuneatum (suplir), dan Marsilea crenata (semanggi). (Bagod Sudjadi: 2007)
d.
Peranan Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku memiliki manfaat di antaranya adalah sebagai salah
satu sumber fosil batu bara yang bermanfaat untuk bahan bakar. Sebagai tanaman
hias, yaitu: suplir (Adiantum cuneatum), paku sarang burung (Asplenium
nidus), paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum) dan pakis (Nephrolepis
sp.). Sebagai bahan penggosok untuk mencuci bahan dari gelas, yaitu: paku
ekor kuda (Equisetum debille). Sebagai bahan baku obat-obatan, yaitu
species Dyopteris filix-mas (paku picisan) dan Lycopodium clavatum.
Sebagai bahan makanan, yaitu semanggi (Marsilea crenata) dan berbagai
jenis tumbuhan paku yang daunnya masih muda (pakis). Sebagai media
tumbuh tumbuhan anggrek, yaitu paku tiang (Alsophilla glauca). Sebagai
pupuk hijau, yaitu Azolla pinnata yang hidup bersama dengan Annabaena
azollae (kelompok ganggang biru). Annabaena azollae mengikat unsur
nitrogen yang ada di udara bebas menjadi senyawa nitrogen yang yang dapat
diserap oleh tumbuhan lain sehingga dapat menyuburkan tanah. (Arif Priadi: 2007)
4.2.2 Lumut
a. Ciri-ciri Lumut
Tumbuhan lumut adalah tumbuhan darat sejati,
walaupun masih banyak yang menyukai tempat yang lembab dan basah (pada kulit
kayu, batuan, dan tembok). Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali
lumut gambut (Sphagnum sp). Walaupun demikian lumut masih sangat
memerlukan air, tanpa air organ reproduksinya tidak dapat masak atau pecah
(merekah). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat
dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karena itu tumbuhan lumut
merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan
tumbuhan berkormus (Kormofita). Lumut merupakan tumbuhan berpembuluh dan
disebut tumbuhan berkormus karena memiliki akar berupa rizoma, batang, dan daun
yang menyerupai tumbuhan sempurna. Namun tumbuhan ini masih tergolong tumbuhan
tingkat rendah karena tidak menghasilkan buah seperti tumbuhan pada umumnya.
Tumbuhan paku berkembang biak secara seksual dan aseksual dan mengalami
pergiliran keturunan. (Arif
Priadi: 2007)
Didalam tumbuhan lumut
terdapat istilah berumah dua (lumut
heterotalus) yang artinya kelompuk lumut yang masing-masing talusnya memiliki
anteridium saja atau arkegonium saja, sedangkan berumah satu (homotalus) artinya kelompok lumut yang memiliki
anteridium dan arkegonium pada satu tubuh (talus). Peranan lumut bagi kehidupan
sehari-hari yaitu mencegah terjadinya banjir pada musim hujan dan mampu
menyediakan air pada musim kemarau, digunakan sebagai bahan bakar, dan dapat
diolah menjadi kapas. (Arif
Priadi: 2007)
b. Reproduksi
Lumut
Lumut dapat bereproduksi dengan 2 macam yaitu secara
aseksual dan seksual:
1.
Reproduksi
aseksual (vegetatif) dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, misalnya
melalui pembentukan gemma atau kuncup, penyebaran spora, dan fregmentasi.
2.
Reproduksi
seksual (generatif) dilakukan dengan cara peleburan antara sel gamet jantan
(spermatozoid) dengan gamet betina (ovum). Spermatozoid dihasilkan oleh
anteridium (alat kelamin jantan), sedangkan ovum dihasilkan oleh arkegonium
(sel kelamin betina). (Bagod Sudjadi,2007)
Berdasarkan letak
anteridium dan arkegonium, lumut dapat dibedakan atas 2 kelompok yaitu:
1.
Lumut homotalus, merupakan kelompok lumut
yang memiliki anteridium dan arkegonium pada satu tubuh (talus). Lumut demikian
disebut juga lumut berumah satu.
2.
Lumut
heterotalus, merupakan kelompok lumut
yang masing-masing talusnya memiliki anteridium saja atau arkegonium saja.
Lumut demikian disebut juga lumut berumah
dua. (Bagod Sudjadi: 2007)
c.
Klasifikasi Lumut
Berdasarkan
bentuk morfologi dan sifat hidup lainnya, lumut dikelompokan atas lumut hati,
lumut tanduk dan lumut sejati (lumut daun). Masing-masing kelompok tersebut
menempati takson yang sama. Tetapi penempatannya dalam sistem taksonomi mengalami
perkembangan. (Bagod Sudjadi: 2007)
Sebagian
ahli taksonami menempatkan masing-masing kelompok lumut pada tingkatan takson
kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut hati), kelas Anthoceropsida (lumut
tanduk), dan kelas Bryopsida (lumut sejati). Berikut ini saya akan membahas
tentang kelompok lumut tersebut:
1.
Lumut Hati
Lumut hati
merupakan tumbuhan kecil yang berbentuk lembaran. Lumut ini tidak memiliki
akar, batang, dan daun yang sebenarnya sehingga disebut tumbuhan talus.
Struktur talus pada tumbuhan ini disebut lobus. Salah satu jenis tumbuhan hati
yang terkenal adalah Marchantia .
Setiap lobus lumut memiliki ukuran panjang 1cm atau lebih. Permukaan atas lobus
licin, sedangkan bawahnya terdapat rizoid yang dapat tertanam kedalam tanah.
Contoh lumut adalah Marchantia polymorpha
dan Marchantia geminata. (Bagod
Sudjadi: 2007)
2.
Lumut Tanduk
Lumut ini dapat ditemukan disepanjang
pinggir sungai, danau, atau selokan. Struktur tubuhnya hampir serupa dengan
lumut hati. Itulah sebabnya, ada sebagian ahli mengelompokkan kedalam lumut
hati. Seperti halnya lumut hati, lumut tamduk juga mengalami pergiliran
keturunan. Salah stu spesies lumut ini adalah Anthoceros sporophytes. (Bagod Sudjadi: 2007)
3.
Lumut Sejati
Lumut sejsti banyak ditemukan didaerah
yang lembab dan teduh. Lumut ini dapat saja ditemukan didaerah kutub, tropis,
atau gurun. Lumut sejati merupakan tumbuhan kecil yang memiliki batang semu
yang dapat tegak dengan lembaran daun yang tersusun spiral. (Bagod Sudjadi: 2007)
d.
Peranan Tumbuhan Lumut
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem
sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai
spons), dan sebagai penyerap polutan. Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan
sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan
sebagai obat kulit dan mata.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk tumbuhan talus.
- Berdasarkan letak gametangium, tumbuhan lumut ada yang berupa homotalus (berumah satu) dan heterotalus (berumah dua).
- Tumbuhan lumut dapat dapat dikelompokan atas lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun atau sejati.
- Tumbuhan paku adalah tumbuhan berpembuluh. Pada bagian organ tubuhnya sudah ditemukan jaringan angkut berupa xilem dan floem.
- Tumbuhan paku sudah mengalami diferensasi. Artinya, tumbuhan tersebut sudah dapat dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun.
- Paku dapat berupa homospora, heterospora, dan peralihan homospora dan heterospora.
- Tumbuhan paku dan lumut sama-sama mengalami metagenesis yaitu pergiliran keturunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fried, George H. 2005. Biologi Edisi II.
Jakarta: Erlangga
Kimball, J. W.
1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Priadi, Arif. 2007. Biologi SMA
Kelas X. Jakarta: Yudhistira
Riandari, Henny. 2011. Theory and
Application of Biology 1. Solo: Tiga Serangkai
Tugas
Individu
BEBERAPA
JENIS TUMBUHAN TINGKAT RENDAH
(PAKU
DAN LUMUT)
Laporan Praktikum Biologi Umum
Oleh :
Nama : Herliyanah
NPM : 1111050080
Jurusan / Semester :
Matematika / 1
Kelas :
C
Dosen :
Rohailah S.Si
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2011
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................. i
DAFTAR
ISI.............................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum....................................................................... 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 2
2.1
Paku............................................................................................ 2
2.2
Lumut......................................................................................... 2
BAB
III METODOLOGI.......................................................................... 3
3.1 Alat dan Bahan.......................................................................... 3
3.2 Cara Kerja.................................................................................. 3
3.2.1 Mengamati Paku.......................................................... 3
3.2.2 Mengamati Lumut....................................................... 3
BAB
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN................... 4
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................... 4
4.2 Pembahasan................................................................................ 5
4.2.1
Paku............................................................................. 5
4.2.2 Lumut.......................................................................... 7
BAB
V KESIMPULAN............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12
terimakasih atas informasinya....
BalasHapus