BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penyebaran Islam pada abad pertengahan lebih terfokus
pada tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan
Kerajaan Mugal. Ketiga negara ini menjadi negara adikuasa pada masanya.
Kerajaan Turki Usmani barasal dari suku bangsa Turki
kabilah Oxuz yang mendiami daerah Mongol dan utara negeri Cina. Kerajaan Safawi
adalah kerajaan Islam pertama di Persia (Iran). Kerajaan Mugal adalah kerajaan
Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke -16 hingga abad ke-19.
Kerajaan ini lahir bersamaan dengan Kerajaan Turki Usmani di Asia Tengah dan
Safawi di Persia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan
Safawi, dan Kerajaan Mugal
2.
Perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani,
Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
3.
Peranan Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan
Kerajaan Mugal dalam Perkembangan Islam
4.
Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Kerajaan Turki Usmani,
Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah berdirinya
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
2.
Agar mahasiswa dapat mengetahui perkembangan Islam pada
Masa Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
3.
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana peranan
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal dalam perkembangan
Islam
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
BAB II
PEMBHASAN
A.
Kerajaan Turki Usmani
1.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Usman berasal dari suku bangsa Turki kabilah Oxuz yang
mendiami daerah sebelah utara tanah Tiongkok, yakni Mongolia di Asia Tengah,
utara Laut Kaspia. Karena daerah itu tandus, Usman dan penduduk setempat pindah
ke Turkistan. Pada abad ke-13, mereka terpaksa pindah lagi untuk menghindarkan
diri dari serangan bangsa Mongol yang menjarah Asia Tengah dan Barat di bawah
rajanya, Jengis Khan. Pada awalnya, Jenis Khan menyerang Cina (1213 M),
menduduki Beijing (1218 M), dan menjarah wilayah Turkistan yang berbataskan
dengan kekuasaan Dinasti Khawarizmi pada tahun 1216-1220 M.
Bangsa Turki terus mengembara sampai di pinggir sungai Eufrat,
dekat Asia kecil. Akhirnya, mereka menetap disana. Mereka membantu Sultan Alauddin
penguasa Seljuk, mengalahkan pasukan Mongol. Sebagai hadiah, mereka diberi
tanah di wilayah Iskisyahr (Sultania), dekat Bursa.
Usman yang naik tahta menggantikan ayahnya, Artogrol pada
tahun 1294 M, juga ikut membantu penguasa Seljuk memerangi Bizantium. Dalam
perang itu, Seljuk berhasil merebut kemenangan dan menduduki beberapa benteng.
Atas jasanya itu, Usman dianggap oleh Sultan Alauddin sebagai Amir.
Ketika sultan Alauddin meninggal 1300 M dan kerajaannya
terpecah belah, Usman memperoleh kemerdekaan, sebagaimana amir-amir yang lain.
Dengan demikian, berdirilah kerajaan Islam baru dengan nama Kerajaan Turki
Usmani. Jadi, nama Turki Usmani ini berasal dari Amir usman.
2.
Perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani adalah kerajaan Islam besar yang
menjadi tumpuan harapan dunia Islam. Pada watku itu, negeri-negeri Islam
terpecah belah. Dengan munculnya Kerajaan Turki Usmani, Islam kembali menunjukkan
keperkasaan dan menyambung kemegahan yang lalu.
Sampai pada akhir masa pemerintahan Turki Usmani ini Islam
masih tetap berkembang dengan baik. Bahkan, Islam berkembang tidak hanya di
negeri Turki, tetapi meluas sampai ke seluruh negeri yang menjadi kekuasaannya,
termasuk sampai ke Eropa Timur. Pada masa Orkhan, Bursa, kota di tepi laut
Marmara, dapat dikuasainya. Pada tahun 1324 M, penduduk kota itu berduyun-duyun
masuk Islam.
Pada masa Murad I, Gallipoli untuk pertama kalinya
dijadikan sebagai tempat pemusatan pasukan secara tetap untuk kepentingan
penaklukan Balkan. Tahun 1361 M, Adrianopel di daratan Eropa ditaklukan dan
namanya diganti Edirne. Kemudian, kota itu dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan
Turki Usmani, menggantikan Bursa.
Sultan Muhammad II yang dijuluki Al Fatih atau the
Conqueror (Sang penakluk), pada tahun 1453 M berhasil menaklukan
Konstantinopel. Ia berkuasa selama dua periode (pertama: 1444-1446 M dan
1451-1481 M), ia dikenal sebagai orang yang cerdas dan menguasai enam bahasa,
yaitu Bahasa Turki, Arab, Persia, Yunani, dan Ibrani (Yahudi).
Kerajaan Turki Usmani melebarkan sayapnya ke wilayah Asia
dan Afrika pada masa pemerintahan Salim I Yavus atau Si Kejam. Setelah meninggal,
ia digantikan anaknya, Sulaiman I yang di gelari al–Qanuni atau the
Magnificent (Yang Agung). Setelah masa pemerintahan Sulaiman I,
sesungguhnya kerajaan Usmani hanya dapat bertahan dari serangan musuh dan
sedikit meluaskan wilayah. Hal itu disebabkan Kerajaan itu dipimpin oleh para
Sultan yang lemah.
Pada masa kejayaan, wilayah kerajaan Usmani meluas,
meliputi Laut Tengah, Laut Hitam, Rumelia, Anatolia, Karamaniah, Zulkadria,
Dyarbakr, Kurdistan, Azerbaijan, Persia, Damaskus, Aleppo, Kairo, Mekah,
Madinah, Yerusalem, Arabia, dan Yaman.
3.
Peranan Kerajaan Turki Usmani dalam Perkembangan Islam
Pada masa Dinasti Usmaniyah, Islam menyebar sampai ke
wilayah Balkan di Eropa Timur. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad al-Fatih
Kerajaan Byzantium (Konstantinopel) dapat ditaklukan (1453 M). Bahkan, kota
Viena, pusat Kerajaan Austria, pernah pula diserang Kerajaan Turki Usmani pada
saat Sulaiman al-Qanuni berkuasa. Oleh karena itu, tidaklah aneh jika sampai
sekarang masih terdapat kaum muslimin di negara-negara Bulgaria, Yugoslavia,
Chekoslovakia, dan Polandia. Di tempat-tempat itulah dahulu para pahlawan Islam
Turki pernah menancapkan bendera Bulan Bintang.
Negeri-negeri Islam, seperti Mesir, Hijaz (Mekah dan
Madinah), Yaman, Irak, Paletina, Tunisia, Maroko, Aljazair, Libya, dahulu
adalah wilayah Kerajaan Turki Usmani. Bahkan, ulama-ulama Indonesia yang sangat
terkenal, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau
belajar Islam di Mekah yang pada saat itu di bawah kekuasaan Turki Usmani.
Dengan demikian, peranan Turki pada Dinasti Usmaniyah terhadap
perkembangan Islam sangatlah besar sesuai dengan luas wilayah kekuasaannya. Luas
wilayah kekuasaan Kerajaan Turki, meliputi tiga banua, yaitu Asia, Afrika, dan
Eropa. Selama 600 tahun Turki Usmani berkuasa, yaitu dari abad ke-13 sampai
permulaan abad ke-20. Turki tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan Islam di
dunia.
4.
Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Kerajaan Turki Usmani
Kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan Turki Usmani terjadi
dalam beberapa bidang, yaitu:
a.
Bidang Kemiliteran
Unsur militer menempati kedudukan yang penting dalam
basis sosial politik Kerajaan Turki Usmani. Pasukan Usmani berkembang menurut
kehendak alam, belum diorganisasi secara rapi. Oleh sebab itu, dibentuklah
pasukan baru yang personilnya terdiri atas anak-anak Kristen yang dididik
secara khusus dan diarahkan agar mereka masuk Islam. Dari sinilah terbentuk
pasukan elite Usmani yang bernama Janissary atau Inkisyariyah (tentara
baru). Mereka ditempatkan di asrama militer, di Adrianopel dan Istanbul. Mereka
mempunyai disiplin yang cukup tinggi. Di samping itu, Sultan Orkhan juga
membentuk tentara kaum feodal yang disebut tentara Taujiah.
Angkatan laut Kerajaan Turki Usmani mencapai kejayaannya
pada abad ke-16. Mereka berhasil menguasai wilayah perairan yang menjadi jalur
perdagangan penting di Asia, Afrika, dan Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan di bidang militer bagi Kerajaan Turki Usmani adalah tabiat utama
bangsa Turki sendiri. Mereka memiliki disiplin dan patuh pada peraturan.
b.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Ilmu pengetahuan kurang begitu berkembang di Kerajaan
Turki Usmani. Hal itu mengakibatkan tidak banyak ilmuwan-ilmuwan terkenal yang
lahir pada masa itu. Dalam bidang arsitektur, Kerajaan Turki Usmani
meninggalkan bangunan bersejarah, seperti Masjid Jami’ Sultan Muhammad
al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, Masjid Abu Ayyub al-Ansri, dan Masjid Hagia
Sophia.
Di bidang kebudayaan, Turki banyak menyerap unsur-unsur
kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Mereka mengambil ajaran tentang etika
dan adab dalam istana raja-raja Persia. Dari kebudayaan Byzantium, mereka
mempelajari organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Orang-orang Turki memang
terkenal menerima berbagai budaya asing karena asal-usul mereka sebagai bangsa nomad
yang miskin kebudayaan.
c.
Bidang Keagamaan
Pada masa Kerajaan Turki Usmani, masyarakat digolongkan
berdasarkan agama. Kerajaan juga sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa
ulama memiliki peran yang penting dalam kehidupan bernegara. Mufti, sebagai
pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem
keagamaan yang dihadapi masyarakat.
B.
Kerajaan Safawi
1.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Safawi
Kerajaan
Safawi didirikan Syah Ismail Safawi (907 H/1501 M) di Tabriz. Nama Safawi
dinisbahkan pada Tarekat Safawiah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ardabeli
(650 H/1252 M-735 H/1334 M) dari Ardabil di Azerbijan. Dalam perkembangannya,
Tarekat Safawiah cenderung beralih dari lembaga tasawuf menjadi aliran agama
yang cundong pada gerakan politik dan kekuasaan.
Berdirinya
kerajaan ini tidak lepas dari perjuangan Ismail bersama Qizilbash. Qizilbash
sering disebut kepala merah karena beratribut sorban merah yang berumbai dua belas. Rumbai dua belas sebagai
simbol dua belas imam yang diagungkan dalam Mazhab Syi’ah Isna Asyariah.
Pada
tahun 1501, Ismail bersama Qizilbash menyerang wilayah AK Koyunlu. Penyerangan
ini berhasil dengan gemilang hingga mampu menguasai Tabriz, ibu kota AK
Koyunlu. Pada tahun ini pula Ismail mendirikan Kerajaan Safawi dan
memproklamasikan dirinya sebagai raja (syah) yang pertama. Ia menjadikan Syi’ah
Isna Asyariah sebagai agama negara.
2.
Perkembangan Kerajaan Safawi
Ismail melakukan serangan-serangan ke Azerbaijan untuk
memerangi Khan Aga Kiyunli, Tibriz, Syirat, Astrabad, Yazd, Furat, dan Irak. Semua
negeri yang dimasukinya dapat ditaklukkan dengan mudah. Dikuasainya Irak
merupakan langkah strategis karena negeri itu terdapat Najaf dan Karbala. Kedua
tempat itu mrupakan tempat yang sangat penting bagi orang-orang Syi’ah. Di
Najaf, terdapat kuburan Ali. Di Karbala, terdapat kuburan Husein, putra Ali bin
Abi Thalib.
Di puncak kemegahan dan kemasyhurannya, Ismail berziarah
ke Ardabil, tempat kuburan nenek moyangnya. Di tempat itulah, ia meninggal
dalam usia 38 tahun (1524 M) dan dikuburkan. Kedudukannya digantikan oleh
putranya, Tahmasp yang baru berusia 10 tahun. Ia menduduki tahtanya selama 52
tahun. Selama masa pemerintahannya, tidak banyak yang dapat dihasilkan untuk
kemajuan bangsanya, tetapi lebih banyak digunakan untuk berperang. Hal itu
disebabkan banyaknya konflik, baik di internal kerajaan maupun serangan dari
luar. Ia meninggal pada 14 Mei 1576 M.
Sepeninggal Tahmasp, tahta kerajaan digantikan putranya,
Ismail II. Ia sempat menduduki kepala pemerintahan di Khurasan saat ayahnya
menjadi raja. Ia pun pernah dipenjarakan ayahnya selama 19 tahun. Karena dendam
kepada ayahnya, ia lebih condong kepada Ahli Sunah dari pada Syi’ah. Hal ini
membuat pertentengan, terutama kalangan Qizilbash sebagai pendukung pertama
berdirinya Kerajaan Safawi. Ia hanya memerintah selama satu tahun, tepatnya
pada 24 November 1577 M. Ismail II meninggal karena diracun. Tahta kerajaan
digantikan kakaknya, Muhammad Khundabanda.
Pemerintah Khundabanda berjalan lemah sehingga terjadi
konflik serius di internal kerajaan. Tahta kerajaan digantikan anaknya, Syah
Abbas I (996 H/1588 M-1038 H/1629 M) melalui proses kudeta.
Abbas mendapat gelar Abbas Syah Yang Agung. Selama
pemerintahannya, kerajaan mengalami banyak kemajuan. Wilayah-wilayah yang telah
terebut oleh negeri lain dapat dikuasainya kembali. Bahkan, ia dapat merampas
Pulau Hormuz yang telah sekian lama menjadi pangkalan bangsa Portugis. Ibu kota
kerajaan pun dipindahkan ke Ifsahan, kota yang sangat indah. Di tempat itulah
dibangun istana-istana yang indah dan masjid-masjid yang permai sehingga dapat
menjadi kebanggaan bangsa Iran.setelah meninggal pada 1629 M, tahta kerajaan digantikan
oleh cucunya, Syah Safi. Ia memiliki tabiat yang tidak baik, yaitu suka minum
khamar. Hal ini membuatnya tidak konsen pada pemerintahan, sehingga kejayaan
yang dibangun Syah Abbas tidak mampu dipertahankan.
Kerajaan Safawi kembali menunjukkan kejayaannya pada masa
Abbas II yang menggantikan Syah Safi. Ia berhasil merebut kembali
wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh bangsa lain. Kejayaan ini pun akhirnya
tidak bisa dipertahankan oleh penerus-penerusnya. Akhirnya, pada tanggal 12
Oktober 1722 M, Husein Syah, penguasa kerajaan saat itu tertawan dan
menyerahkan mahkota kerajaan Iran kepada Mir Mahmud Khan. Dengan demikian,
tamatlah Kerajaan Safawi.
3.
Pengaruh Kerajaan Safawi Terhadap Perkembangan Islam
Perkembangan Islam umumnya sesuai dengan perluasan
wilayah yang dilakukan oleh rajanya, di samping kemajuan yang diusahakan, baik
di bidang kemajuan ilmu pengetahuan, budaya, dan sebagainya. Dari beberapa raja
yang berkuasa pada masa Dinasti Safawi yang menonjol adalah Ismail dan Abbas.
Pada masa Ismail yang dikenal sebagai pendiri kerajaan
ini, perluasan wilayah terus dilakukan. Wilayah-wilayah perluasan yang kemudian
dikuasai penuh adalah Gergia yang penduduknya beragama Nasrani, Baku, Astrabad,
dan Yazd. Ismail ini seorang raja yang fanatik terhadap Syi’ah, sehingga mazhab
Syi’ah dijadikan sebagai mazhab resmi negara.
Pada masa Abbas I, pengaruhnya terhadap perkembangan
Islam adalah kemampuannya menaklukan negeri Kaukasus, Balkh, dan Merv,
disamping mampu merampas Pulau Hormuz yang telah sekian lama dikuasai bangsa
Portugis. Bahkan, bangsa Portugis dan Inggris dapat diusir dari pulau itu.
Abbas berbeda dengan pamannya, Ismail yang fanatik terhadap Syi’ah. Ia sangat
toleran terhadap mazhab yang ada, termasuk mazhab sunni. Paham Syi’ah tidak
lagi menjadi paksaan. Tidak hanya perluasan wilayah, tetapi perkembangan
kebudayaan dan berpikir sangat diperhatikan. Misalnya, pembangunan istana yang
indah, masjid-masjid yang permai, seni lukis, pahat, serta pengembangan
dibidang keilmuan Islam, misalnya ilmu fiqih dan filsafat.
4.
Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Safawi
Masa
pemerintahan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi. Pada masa itu
Kerajaan Safawi mencapai kemajuan di berbagai bidang, antara lain:
a.
Bidang Ekonomi
Kemajuan di bidang ekonomi ini
sangat menonjol, terutama pada sektor perdagangan dan pertanian. Hal itu
terjadi karena dikuasainya Bandar Abbas, jalur perdagangan dari Eropa ke Asia
menjadi milik Kerajaan Safawi. Dari sektor pertanian, Kerajaan Safawi mengalami
kemajuan, terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent).
b.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Kerajaan Safawi, lahir beberapa ilmuwan
terkenal, seperti Bahauddin asy-Syirazi, seorang pakar ilmu pengetahuan umum;
Sadaruddin asy-Syirazi, seorang filsuf; Muhammad Baqir bin Muhammad Damad,
seorang filsuf, sejarawan, dan teolog.
c.
Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa Kerajaan Safawi telah berhasil menjadikan
Ifsahan sebagai kota yang indah. Di sana dibangun beberapa bangunan bersejarah,
antara lain jembatan raksasa di Zende Rud; Istana Chihil Sutun; Masjid Shah,
dibangun pada tahun 1611 M; Masjid Syekh Lutf Allah, dibangun pada tahun 1603
M.
C. Kerajaan Mugal
Mugal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India
dari abad kekerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke -16
hingga abad ke-19. Kerajaan ini lahir bersamaan dengan Kerajaan Turki Usmani di
Asia Tengah dan Safawi di Persia. Ketiganya menjadi negara adikuasa pada
masanya.
1.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Mugal di India
Kerajaan Islam Mugal di India ini didirikan oleh Zahir
ed-Din yang kemudian dikenal dengan nama Babur yang berarti si macan. Ia
adalah putra Syekh Umar, turunan langsung Miransyah putra ketiga dari Timur
Lenk. Ibunya seorang putri dari keturunan langsung Jekutai, putra Jengis Khan.
Jadi, Babur merupakan keturunan langsung Timur Lenk dan Jengis Khan.
Babur dapat berkuasa di India setelah terlebih dahulu
menguasai Afganistan, Kabul, Kandahar, dan Punjab. Setelah mampu menguasai
seluruh India pada tahun 1530 M, Babur meninggal dunia. Kerajaan diteruskan
berturut-turut oleh Humayun, Sultan Akbar Syah, Jahangir, Syah Jehan, dan
Aurangzeb. Setelah kepemimpinan Aurangzeb, tidak ada lagi pemimpin kerajaan
yang cakap dan India telah menjadi negeri jajahan Inggris.
2.
Perkembangan Kerajaan Mugal
Babur naik tahta tahun 1500 menggantikan ayahnya.
Sebagainana nenek moyangnya, ia pun suka melakukan ekspansi ke berbagai
wilayah. Ia ingin menguasai seluruh wilayah Asia Tengah. Namun, usahanya belum
berhasil. Bahkan tahun 1504, ia kehilangan wilayah Fergana.
Berkat bantuan Ismail I (penguasa Safawi), Babur dapat
menguasai Kabul. Kemenangan itu membuatnya makin meluaskan kekuasaannya hingga
ke Delhi. Pada tahun 1526, Babur mampu mengalahkan Ibrahim Lody, penguasa
Delhi. Ia pun memproklamasikan diri sebagai maharaja di India.
Setelah Babur meninggal, kekuasaan Mugal mulai melemah.
Humayun sebagai penerusnya tidak mampu menahan serangan dari Sher Shah,
penguasa etnik Afgan. Ia pun melarikan diri ke Persia sebagai pengungsi. Dengan
bantuan Syah Tahmasp I (penguasa Safawi), Humayun berhasil merebut kembali
Delhi.
Setahun kemudian, Humayun meninggal (26 Januari 1556) dan
digantikan Akbar I. Ia memegang tampuk kekuasaan sangat lama (1556-1603). Pada
masanya, Kerajaan Mugal mencapai puncak kejayaannya. Seluruh wilayah yang
terlepas pada masa Humayun dapat direbut kembali. Kejayaan ini terus
berlangsung hingga tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (1605-1627), Syah
Jehan (1627-1658), dan Aurangzeb (1658-1707). Setelah kepemimpinan Aurangzeb,
tidak ada lagi pemimpin kerajaan yang cakap dan India telah menjadi negeri
jajahan Inggris.
3.
Pengaruh Kerajaan Mugal Terhadap Dunia Islam
Pengaruh Kerajaan Mugal terhadap dunia Islam cukup
menonjol. Babur menjadi penyiar Islam yang gagah perkasa. India yang meyoritas
penduduknya beragama Hindu dapat ditaklukkan. Sebelumnya, Kabul, Kandahar, dan
Afganistan telah lebih dahulu dikuasainya.
Sebelum kehadiran Babur dan tentaranya di India,
sebenarnya seluruh amir Islam dan maharaja Hindu telah bersatu. Akan tetapi,
Babur dan tentaranya jauh lebih kuat sehingga mereka tidak terlalu sulit untuk
ditaklukkan.
Sisa dari kekuasaan Islam Mugal India sampai sekarang
masih dapat kita saksikan, misalnya dengan berdirinya Pakistan dan Bangladesh
yang penduduknya hampir 100% muslim. Di India sendiri, penduduknya masih banyak
yang memeluk Islam. Pakistan dan Bangladesh dahulunya satu negara, yaitu India.
Afganistan sendiri salah satu negeri yang dahulu di bawah kekuasaan Kerajaan
Mugal, termasuk pemeluk Islam yang kuat.
4.
Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mugal
Kerajaan Mugal memberikan perhatian yang cukup besar
dalam pengembangan agama Islam dan peradaban. Adapun upaya-upaya dan kemajuan
yang dicapai Kerajaan Mugal adalah sebagai berikut:
a.
Bidang Keagamaan
Sebagai sebuah kerajaan Islam, Mugal memberikan perhatian
besar terhadap pengembangan agama Islam. Untuk keperluan ini, pihak kerajaan
mendorong untuk menjadikan masjid-masjid selain sebagai tempat ibadah, juga
sebagai tempat belajar agama Islam. Selain masjid, juga terdapat khanqah
(pesantren) yang dipimpin ulama atau wali.
Ada beberapa penulis terkenal dari Kerajaan Mugal sebagai
bukti kemajuan di bidang keagamaan, antara lain Gulbadan Begum menulis buku Humayun Namah; Jahan Ara
Begum menulis buku Munis al-Arwah, yang menguraikan tentang para wali
Allah; Zaibun Nisa menyusun sebuah tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Persia yang
kemudian diberi judul Zaib at-Tafsir; Badayuni menulis buku Hadis
Arba’in (empat puluh hadis); Akbar menulis buku Tuzk-i-Baburi,
sebuah buku yang menguraikan kehidupan Babur; Mullah Daud menulis buku Tarikh-i-Alfi,
sebuah buku sejarah.
b.
Bidang Seni Budaya
Kerajaan Mugal juga memberikan perhatian dalam
pengembangan peradaban. Upaya pengembangan ini tampak terus dilakukan, antara
lain di bidang seni lukis, seni musik, dan seni bangunan. Salah satu karya
monumental, Abdus Samad berhasil menulis Surah al-Ikhlas di atas sebutir opium (khaskhas).
Selain itu, ada sejumlah pelukis yang terkenalpada masa ini, yakni Farrukh Beg,
Muhammad Nazir Khan, Muhammad Murad, dan Aqa Reza. Pelukis terakhir pernah
memperoleh julukan Nazir az-Zaman. Dalam seni suara dan seni musik,
tokoh yang terkenal adalah Baccu.
c.
Bidang Arsitektur
Kemajuan di bidang arsitektur, terbukti dengan lahirnya
bangunan-bangunan bersejarah yang masih ada hingga kini. Bangunan-bangunan itu,
antara lain Istana Fatpur Sikri di Sikri, Masjid Raya Delhi di New Delhi,
Istana Lahore di Lahore Punjab, dan Taj Mahal di Agra.
D. Mengambil Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam pada
Masa Pertengahan
Adapun
beberapa ibrah yang dpat kita ambil dari perkembangan Islam pada periode
pertengahan adalah sebagai berikut:
1.
Kita harus dapat menata perekonomian bangsa dengan kuat.
Perekonomian merupakan salah satu sendi yang dapat mengukuhkan kehidupan
bangsa. Kondisi perekonomian yang rapuh akan menimbulkan penderitaan bagi
rakyatnya dan imperialisme akan dengan mudah menjajah bangsa kita.
2.
Kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan Islam yang
merupakan warisan peradperadaban dari masa lalu. Andalusia telah menghadiahkan
kepada kita peradaban Islam yang gemilang. Pada saat kita meninggalkan
peradaban itu, kaum imperialis akan merebutnya dan menukarnya dengan kebudayaan
mereka.
3.
Kita harus menjaga persatuan dtuan dan kesatuan untuk
mempertahankan tanah air kita.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Perkembangan Islam pada masa pertengahan ditandai dengan
berdirinya tiga kerajaan besar. Yaitu, Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi,
dan Kerajaan Mugal.
2.
Kerajaan Turki Usmani berasal dari suku bangsa Turki
kabilah Oxuz yang mendiami daerah sebelah utara Tiongkok, yakni Mongolia di
Asia Tengah.
3.
Wilayah kekuasaan Turki Usmani meliputi, Mesir, Hijaz
(Mekah dan Madinah), Yaman, Irak, Palestina, Tunisia, Maroko, Aljazair, dan
Libya.
4.
Pada saat kerajaan keturunan Timur Lenk masih berkuasa,
di negeri Ardabil telah muncul gerakan tasaus yang sangat teguh memegang
agamanya, yaitu Tarekat Safawiah.
5.
Pengaruh kerajaan Mugal terhadap dunia Islam terasa
menonjol pada masa kerajaan Mugal di India, yang didirikan oleh Babul atau
Zahir ed din.
6.
Sisa dari kekuasaan kerajaan Mugal di India adalah
berdirinya negara Pakistan dan Bangladesh sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asrahah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos.
Wahid, Abbas N dan Suranto. 2009. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Surakarta: Tiga Serangkai
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Islam Dirasah Islamiyah 2. Jakarta: Rajawali
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar