Kamis, 11 Juni 2015

Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Kusmani



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Penyebaran Islam pada abad pertengahan lebih terfokus pada tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal. Ketiga negara ini menjadi negara adikuasa pada masanya.
            Kerajaan Turki Usmani barasal dari suku bangsa Turki kabilah Oxuz yang mendiami daerah Mongol dan utara negeri Cina. Kerajaan Safawi adalah kerajaan Islam pertama di Persia (Iran). Kerajaan Mugal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke -16 hingga abad ke-19. Kerajaan ini lahir bersamaan dengan Kerajaan Turki Usmani di Asia Tengah dan Safawi di Persia.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
2.      Perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
3.      Peranan Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal dalam Perkembangan Islam
4.      Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
                                                       


C.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana peranan Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal dalam perkembangan Islam
4.      Agar mahasiswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal

 

BAB II
PEMBHASAN

A.      Kerajaan Turki Usmani
1.        Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Usman berasal dari suku bangsa Turki kabilah Oxuz yang mendiami daerah sebelah utara tanah Tiongkok, yakni Mongolia di Asia Tengah, utara Laut Kaspia. Karena daerah itu tandus, Usman dan penduduk setempat pindah ke Turkistan. Pada abad ke-13, mereka terpaksa pindah lagi untuk menghindarkan diri dari serangan bangsa Mongol yang menjarah Asia Tengah dan Barat di bawah rajanya, Jengis Khan. Pada awalnya, Jenis Khan menyerang Cina (1213 M), menduduki Beijing (1218 M), dan menjarah wilayah Turkistan yang berbataskan dengan kekuasaan Dinasti Khawarizmi pada tahun 1216-1220 M.
Bangsa Turki terus mengembara sampai di pinggir sungai Eufrat, dekat Asia kecil. Akhirnya, mereka menetap disana. Mereka membantu Sultan Alauddin penguasa Seljuk, mengalahkan pasukan Mongol. Sebagai hadiah, mereka diberi tanah di wilayah Iskisyahr (Sultania), dekat Bursa.
Usman yang naik tahta menggantikan ayahnya, Artogrol pada tahun 1294 M, juga ikut membantu penguasa Seljuk memerangi Bizantium. Dalam perang itu, Seljuk berhasil merebut kemenangan dan menduduki beberapa benteng. Atas jasanya itu, Usman dianggap oleh Sultan Alauddin sebagai Amir.
Ketika sultan Alauddin meninggal 1300 M dan kerajaannya terpecah belah, Usman memperoleh kemerdekaan, sebagaimana amir-amir yang lain. Dengan demikian, berdirilah kerajaan Islam baru dengan nama Kerajaan Turki Usmani. Jadi, nama Turki Usmani ini berasal dari Amir usman.

2.        Perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani adalah kerajaan Islam besar yang menjadi tumpuan harapan dunia Islam. Pada watku itu, negeri-negeri Islam terpecah belah. Dengan munculnya Kerajaan Turki Usmani, Islam kembali menunjukkan keperkasaan dan menyambung kemegahan yang lalu.
Sampai pada akhir masa pemerintahan Turki Usmani ini Islam masih tetap berkembang dengan baik. Bahkan, Islam berkembang tidak hanya di negeri Turki, tetapi meluas sampai ke seluruh negeri yang menjadi kekuasaannya, termasuk sampai ke Eropa Timur. Pada masa Orkhan, Bursa, kota di tepi laut Marmara, dapat dikuasainya. Pada tahun 1324 M, penduduk kota itu berduyun-duyun masuk Islam.
Pada masa Murad I, Gallipoli untuk pertama kalinya dijadikan sebagai tempat pemusatan pasukan secara tetap untuk kepentingan penaklukan Balkan. Tahun 1361 M, Adrianopel di daratan Eropa ditaklukan dan namanya diganti Edirne. Kemudian, kota itu dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan Turki Usmani, menggantikan Bursa.
Sultan Muhammad II yang dijuluki Al Fatih atau the Conqueror (Sang penakluk), pada tahun 1453 M berhasil menaklukan Konstantinopel. Ia berkuasa selama dua periode (pertama: 1444-1446 M dan 1451-1481 M), ia dikenal sebagai orang yang cerdas dan menguasai enam bahasa, yaitu Bahasa Turki, Arab, Persia, Yunani, dan Ibrani (Yahudi).
Kerajaan Turki Usmani melebarkan sayapnya ke wilayah Asia dan Afrika pada masa pemerintahan Salim I Yavus atau Si Kejam. Setelah meninggal, ia digantikan anaknya, Sulaiman I yang di gelari al–Qanuni atau the Magnificent (Yang Agung). Setelah masa pemerintahan Sulaiman I, sesungguhnya kerajaan Usmani hanya dapat bertahan dari serangan musuh dan sedikit meluaskan wilayah. Hal itu disebabkan Kerajaan itu dipimpin oleh para Sultan yang lemah.
Pada masa kejayaan, wilayah kerajaan Usmani meluas, meliputi Laut Tengah, Laut Hitam, Rumelia, Anatolia, Karamaniah, Zulkadria, Dyarbakr, Kurdistan, Azerbaijan, Persia, Damaskus, Aleppo, Kairo, Mekah, Madinah, Yerusalem, Arabia, dan Yaman.

3.        Peranan Kerajaan Turki Usmani dalam Perkembangan Islam
Pada masa Dinasti Usmaniyah, Islam menyebar sampai ke wilayah Balkan di Eropa Timur. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad al-Fatih Kerajaan Byzantium (Konstantinopel) dapat ditaklukan (1453 M). Bahkan, kota Viena, pusat Kerajaan Austria, pernah pula diserang Kerajaan Turki Usmani pada saat Sulaiman al-Qanuni berkuasa. Oleh karena itu, tidaklah aneh jika sampai sekarang masih terdapat kaum muslimin di negara-negara Bulgaria, Yugoslavia, Chekoslovakia, dan Polandia. Di tempat-tempat itulah dahulu para pahlawan Islam Turki pernah menancapkan bendera Bulan Bintang.
Negeri-negeri Islam, seperti Mesir, Hijaz (Mekah dan Madinah), Yaman, Irak, Paletina, Tunisia, Maroko, Aljazair, Libya, dahulu adalah wilayah Kerajaan Turki Usmani. Bahkan, ulama-ulama Indonesia yang sangat terkenal, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau belajar Islam di Mekah yang pada saat itu di bawah kekuasaan Turki Usmani.
Dengan demikian, peranan Turki pada Dinasti Usmaniyah terhadap perkembangan Islam sangatlah besar sesuai dengan luas wilayah kekuasaannya. Luas wilayah kekuasaan Kerajaan Turki, meliputi tiga banua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Selama 600 tahun Turki Usmani berkuasa, yaitu dari abad ke-13 sampai permulaan abad ke-20. Turki tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan Islam di dunia.
4.        Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Kerajaan Turki Usmani
Kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan Turki Usmani terjadi dalam beberapa bidang, yaitu:
a.      Bidang Kemiliteran
Unsur militer menempati kedudukan yang penting dalam basis sosial politik Kerajaan Turki Usmani. Pasukan Usmani berkembang menurut kehendak alam, belum diorganisasi secara rapi. Oleh sebab itu, dibentuklah pasukan baru yang personilnya terdiri atas anak-anak Kristen yang dididik secara khusus dan diarahkan agar mereka masuk Islam. Dari sinilah terbentuk pasukan elite Usmani yang bernama Janissary atau Inkisyariyah (tentara baru). Mereka ditempatkan di asrama militer, di Adrianopel dan Istanbul. Mereka mempunyai disiplin yang cukup tinggi. Di samping itu, Sultan Orkhan juga membentuk tentara kaum feodal yang disebut tentara Taujiah.
Angkatan laut Kerajaan Turki Usmani mencapai kejayaannya pada abad ke-16. Mereka berhasil menguasai wilayah perairan yang menjadi jalur perdagangan penting di Asia, Afrika, dan Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di bidang militer bagi Kerajaan Turki Usmani adalah tabiat utama bangsa Turki sendiri. Mereka memiliki disiplin dan patuh pada peraturan.
b.      Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Ilmu pengetahuan kurang begitu berkembang di Kerajaan Turki Usmani. Hal itu mengakibatkan tidak banyak ilmuwan-ilmuwan terkenal yang lahir pada masa itu. Dalam bidang arsitektur, Kerajaan Turki Usmani meninggalkan bangunan bersejarah, seperti Masjid Jami’ Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, Masjid Abu Ayyub al-Ansri, dan Masjid Hagia Sophia.
Di bidang kebudayaan, Turki banyak menyerap unsur-unsur kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Mereka mengambil ajaran tentang etika dan adab dalam istana raja-raja Persia. Dari kebudayaan Byzantium, mereka mempelajari organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Orang-orang Turki memang terkenal menerima berbagai budaya asing karena asal-usul mereka sebagai bangsa nomad yang miskin kebudayaan.
c.       Bidang Keagamaan
Pada masa Kerajaan Turki Usmani, masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan juga sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama memiliki peran yang penting dalam kehidupan bernegara. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.

B.       Kerajaan Safawi
1.        Sejarah Berdirinya Kerajaan Safawi
            Kerajaan Safawi didirikan Syah Ismail Safawi (907 H/1501 M) di Tabriz. Nama Safawi dinisbahkan pada Tarekat Safawiah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ardabeli (650 H/1252 M-735 H/1334 M) dari Ardabil di Azerbijan. Dalam perkembangannya, Tarekat Safawiah cenderung beralih dari lembaga tasawuf menjadi aliran agama yang cundong pada gerakan politik dan kekuasaan.
            Berdirinya kerajaan ini tidak lepas dari perjuangan Ismail bersama Qizilbash. Qizilbash sering disebut kepala merah karena beratribut sorban merah  yang berumbai dua belas. Rumbai dua belas sebagai simbol dua belas imam yang diagungkan dalam Mazhab Syi’ah Isna Asyariah.
            Pada tahun 1501, Ismail bersama Qizilbash menyerang wilayah AK Koyunlu. Penyerangan ini berhasil dengan gemilang hingga mampu menguasai Tabriz, ibu kota AK Koyunlu. Pada tahun ini pula Ismail mendirikan Kerajaan Safawi dan memproklamasikan dirinya sebagai raja (syah) yang pertama. Ia menjadikan Syi’ah Isna Asyariah sebagai agama negara.

2.        Perkembangan Kerajaan Safawi
Ismail melakukan serangan-serangan ke Azerbaijan untuk memerangi Khan Aga Kiyunli, Tibriz, Syirat, Astrabad, Yazd, Furat, dan Irak. Semua negeri yang dimasukinya dapat ditaklukkan dengan mudah. Dikuasainya Irak merupakan langkah strategis karena negeri itu terdapat Najaf dan Karbala. Kedua tempat itu mrupakan tempat yang sangat penting bagi orang-orang Syi’ah. Di Najaf, terdapat kuburan Ali. Di Karbala, terdapat kuburan Husein, putra Ali bin Abi Thalib.
Di puncak kemegahan dan kemasyhurannya, Ismail berziarah ke Ardabil, tempat kuburan nenek moyangnya. Di tempat itulah, ia meninggal dalam usia 38 tahun (1524 M) dan dikuburkan. Kedudukannya digantikan oleh putranya, Tahmasp yang baru berusia 10 tahun. Ia menduduki tahtanya selama 52 tahun. Selama masa pemerintahannya, tidak banyak yang dapat dihasilkan untuk kemajuan bangsanya, tetapi lebih banyak digunakan untuk berperang. Hal itu disebabkan banyaknya konflik, baik di internal kerajaan maupun serangan dari luar. Ia meninggal pada 14 Mei 1576 M.
Sepeninggal Tahmasp, tahta kerajaan digantikan putranya, Ismail II. Ia sempat menduduki kepala pemerintahan di Khurasan saat ayahnya menjadi raja. Ia pun pernah dipenjarakan ayahnya selama 19 tahun. Karena dendam kepada ayahnya, ia lebih condong kepada Ahli Sunah dari pada Syi’ah. Hal ini membuat pertentengan, terutama kalangan Qizilbash sebagai pendukung pertama berdirinya Kerajaan Safawi. Ia hanya memerintah selama satu tahun, tepatnya pada 24 November 1577 M. Ismail II meninggal karena diracun. Tahta kerajaan digantikan kakaknya, Muhammad Khundabanda.
Pemerintah Khundabanda berjalan lemah sehingga terjadi konflik serius di internal kerajaan. Tahta kerajaan digantikan anaknya, Syah Abbas I (996 H/1588 M-1038 H/1629 M) melalui proses kudeta.
Abbas mendapat gelar Abbas Syah Yang Agung. Selama pemerintahannya, kerajaan mengalami banyak kemajuan. Wilayah-wilayah yang telah terebut oleh negeri lain dapat dikuasainya kembali. Bahkan, ia dapat merampas Pulau Hormuz yang telah sekian lama menjadi pangkalan bangsa Portugis. Ibu kota kerajaan pun dipindahkan ke Ifsahan, kota yang sangat indah. Di tempat itulah dibangun istana-istana yang indah dan masjid-masjid yang permai sehingga dapat menjadi kebanggaan bangsa Iran.setelah meninggal pada 1629 M, tahta kerajaan digantikan oleh cucunya, Syah Safi. Ia memiliki tabiat yang tidak baik, yaitu suka minum khamar. Hal ini membuatnya tidak konsen pada pemerintahan, sehingga kejayaan yang dibangun Syah Abbas tidak mampu dipertahankan.
Kerajaan Safawi kembali menunjukkan kejayaannya pada masa Abbas II yang menggantikan Syah Safi. Ia berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh bangsa lain. Kejayaan ini pun akhirnya tidak bisa dipertahankan oleh penerus-penerusnya. Akhirnya, pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Husein Syah, penguasa kerajaan saat itu tertawan dan menyerahkan mahkota kerajaan Iran kepada Mir Mahmud Khan. Dengan demikian, tamatlah Kerajaan Safawi.  

3.        Pengaruh Kerajaan Safawi Terhadap Perkembangan Islam
Perkembangan Islam umumnya sesuai dengan perluasan wilayah yang dilakukan oleh rajanya, di samping kemajuan yang diusahakan, baik di bidang kemajuan ilmu pengetahuan, budaya, dan sebagainya. Dari beberapa raja yang berkuasa pada masa Dinasti Safawi yang menonjol adalah Ismail dan Abbas.
Pada masa Ismail yang dikenal sebagai pendiri kerajaan ini, perluasan wilayah terus dilakukan. Wilayah-wilayah perluasan yang kemudian dikuasai penuh adalah Gergia yang penduduknya beragama Nasrani, Baku, Astrabad, dan Yazd. Ismail ini seorang raja yang fanatik terhadap Syi’ah, sehingga mazhab Syi’ah dijadikan sebagai mazhab resmi negara.
Pada masa Abbas I, pengaruhnya terhadap perkembangan Islam adalah kemampuannya menaklukan negeri Kaukasus, Balkh, dan Merv, disamping mampu merampas Pulau Hormuz yang telah sekian lama dikuasai bangsa Portugis. Bahkan, bangsa Portugis dan Inggris dapat diusir dari pulau itu. Abbas berbeda dengan pamannya, Ismail yang fanatik terhadap Syi’ah. Ia sangat toleran terhadap mazhab yang ada, termasuk mazhab sunni. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan. Tidak hanya perluasan wilayah, tetapi perkembangan kebudayaan dan berpikir sangat diperhatikan. Misalnya, pembangunan istana yang indah, masjid-masjid yang permai, seni lukis, pahat, serta pengembangan dibidang keilmuan Islam, misalnya ilmu fiqih dan filsafat.
      
4.        Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Safawi
            Masa pemerintahan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi. Pada masa itu Kerajaan Safawi mencapai kemajuan di berbagai bidang, antara lain:
a.      Bidang Ekonomi
            Kemajuan di bidang ekonomi ini sangat menonjol, terutama pada sektor perdagangan dan pertanian. Hal itu terjadi karena dikuasainya Bandar Abbas, jalur perdagangan dari Eropa ke Asia menjadi milik Kerajaan Safawi. Dari sektor pertanian, Kerajaan Safawi mengalami kemajuan, terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent).
b.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Kerajaan Safawi, lahir beberapa ilmuwan terkenal, seperti Bahauddin asy-Syirazi, seorang pakar ilmu pengetahuan umum; Sadaruddin asy-Syirazi, seorang filsuf; Muhammad Baqir bin Muhammad Damad, seorang filsuf, sejarawan, dan teolog.
c.       Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa Kerajaan Safawi telah berhasil menjadikan Ifsahan sebagai kota yang indah. Di sana dibangun beberapa bangunan bersejarah, antara lain jembatan raksasa di Zende Rud; Istana Chihil Sutun; Masjid Shah, dibangun pada tahun 1611 M; Masjid Syekh Lutf Allah, dibangun pada tahun 1603 M.
    
C. Kerajaan Mugal
            Mugal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad kekerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke -16 hingga abad ke-19. Kerajaan ini lahir bersamaan dengan Kerajaan Turki Usmani di Asia Tengah dan Safawi di Persia. Ketiganya menjadi negara adikuasa pada masanya.
1.        Sejarah Berdirinya Kerajaan Mugal di India
Kerajaan Islam Mugal di India ini didirikan oleh Zahir ed-Din yang kemudian dikenal dengan nama Babur yang berarti si macan. Ia adalah putra Syekh Umar, turunan langsung Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk. Ibunya seorang putri dari keturunan langsung Jekutai, putra Jengis Khan. Jadi, Babur merupakan keturunan langsung Timur Lenk dan Jengis Khan.
Babur dapat berkuasa di India setelah terlebih dahulu menguasai Afganistan, Kabul, Kandahar, dan Punjab. Setelah mampu menguasai seluruh India pada tahun 1530 M, Babur meninggal dunia. Kerajaan diteruskan berturut-turut oleh Humayun, Sultan Akbar Syah, Jahangir, Syah Jehan, dan Aurangzeb. Setelah kepemimpinan Aurangzeb, tidak ada lagi pemimpin kerajaan yang cakap dan India telah menjadi negeri jajahan Inggris.

2.        Perkembangan Kerajaan Mugal
Babur naik tahta tahun 1500 menggantikan ayahnya. Sebagainana nenek moyangnya, ia pun suka melakukan ekspansi ke berbagai wilayah. Ia ingin menguasai seluruh wilayah Asia Tengah. Namun, usahanya belum berhasil. Bahkan tahun 1504, ia kehilangan wilayah Fergana.
Berkat bantuan Ismail I (penguasa Safawi), Babur dapat menguasai Kabul. Kemenangan itu membuatnya makin meluaskan kekuasaannya hingga ke Delhi. Pada tahun 1526, Babur mampu mengalahkan Ibrahim Lody, penguasa Delhi. Ia pun memproklamasikan diri sebagai maharaja di India.
Setelah Babur meninggal, kekuasaan Mugal mulai melemah. Humayun sebagai penerusnya tidak mampu menahan serangan dari Sher Shah, penguasa etnik Afgan. Ia pun melarikan diri ke Persia sebagai pengungsi. Dengan bantuan Syah Tahmasp I (penguasa Safawi), Humayun berhasil merebut kembali Delhi.
Setahun kemudian, Humayun meninggal (26 Januari 1556) dan digantikan Akbar I. Ia memegang tampuk kekuasaan sangat lama (1556-1603). Pada masanya, Kerajaan Mugal mencapai puncak kejayaannya. Seluruh wilayah yang terlepas pada masa Humayun dapat direbut kembali. Kejayaan ini terus berlangsung hingga tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (1605-1627), Syah Jehan (1627-1658), dan Aurangzeb (1658-1707). Setelah kepemimpinan Aurangzeb, tidak ada lagi pemimpin kerajaan yang cakap dan India telah menjadi negeri jajahan Inggris.

3.        Pengaruh Kerajaan Mugal Terhadap Dunia Islam
Pengaruh Kerajaan Mugal terhadap dunia Islam cukup menonjol. Babur menjadi penyiar Islam yang gagah perkasa. India yang meyoritas penduduknya beragama Hindu dapat ditaklukkan. Sebelumnya, Kabul, Kandahar, dan Afganistan telah lebih dahulu dikuasainya.
Sebelum kehadiran Babur dan tentaranya di India, sebenarnya seluruh amir Islam dan maharaja Hindu telah bersatu. Akan tetapi, Babur dan tentaranya jauh lebih kuat sehingga mereka tidak terlalu sulit untuk ditaklukkan.
Sisa dari kekuasaan Islam Mugal India sampai sekarang masih dapat kita saksikan, misalnya dengan berdirinya Pakistan dan Bangladesh yang penduduknya hampir 100% muslim. Di India sendiri, penduduknya masih banyak yang memeluk Islam. Pakistan dan Bangladesh dahulunya satu negara, yaitu India. Afganistan sendiri salah satu negeri yang dahulu di bawah kekuasaan Kerajaan Mugal, termasuk pemeluk Islam yang kuat.

4.        Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mugal
Kerajaan Mugal memberikan perhatian yang cukup besar dalam pengembangan agama Islam dan peradaban. Adapun upaya-upaya dan kemajuan yang dicapai Kerajaan Mugal adalah sebagai berikut:
a.      Bidang Keagamaan
Sebagai sebuah kerajaan Islam, Mugal memberikan perhatian besar terhadap pengembangan agama Islam. Untuk keperluan ini, pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid-masjid selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat belajar agama Islam. Selain masjid, juga terdapat khanqah (pesantren) yang dipimpin ulama atau wali.
Ada beberapa penulis terkenal dari Kerajaan Mugal sebagai bukti kemajuan di bidang keagamaan, antara lain Gulbadan Begum  menulis buku Humayun Namah; Jahan Ara Begum menulis buku Munis al-Arwah, yang menguraikan tentang para wali Allah; Zaibun Nisa menyusun sebuah tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Persia yang kemudian diberi judul Zaib at-Tafsir; Badayuni menulis buku Hadis Arba’in (empat puluh hadis); Akbar menulis buku Tuzk-i-Baburi, sebuah buku yang menguraikan kehidupan Babur; Mullah Daud menulis buku Tarikh-i-Alfi, sebuah buku sejarah.  
b.      Bidang Seni Budaya
Kerajaan Mugal juga memberikan perhatian dalam pengembangan peradaban. Upaya pengembangan ini tampak terus dilakukan, antara lain di bidang seni lukis, seni musik, dan seni bangunan. Salah satu karya monumental, Abdus Samad berhasil menulis Surah al-Ikhlas di atas sebutir opium (khaskhas). Selain itu, ada sejumlah pelukis yang terkenalpada masa ini, yakni Farrukh Beg, Muhammad Nazir Khan, Muhammad Murad, dan Aqa Reza. Pelukis terakhir pernah memperoleh julukan Nazir az-Zaman. Dalam seni suara dan seni musik, tokoh yang terkenal adalah Baccu.
c.       Bidang Arsitektur
Kemajuan di bidang arsitektur, terbukti dengan lahirnya bangunan-bangunan bersejarah yang masih ada hingga kini. Bangunan-bangunan itu, antara lain Istana Fatpur Sikri di Sikri, Masjid Raya Delhi di New Delhi, Istana Lahore di Lahore Punjab, dan Taj Mahal di Agra.







D. Mengambil Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam pada Masa Pertengahan
            Adapun beberapa ibrah yang dpat kita ambil dari perkembangan Islam pada periode pertengahan adalah sebagai berikut:
1.      Kita harus dapat menata perekonomian bangsa dengan kuat. Perekonomian merupakan salah satu sendi yang dapat mengukuhkan kehidupan bangsa. Kondisi perekonomian yang rapuh akan menimbulkan penderitaan bagi rakyatnya dan imperialisme akan dengan mudah menjajah bangsa kita.
2.      Kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan Islam yang merupakan warisan peradperadaban dari masa lalu. Andalusia telah menghadiahkan kepada kita peradaban Islam yang gemilang. Pada saat kita meninggalkan peradaban itu, kaum imperialis akan merebutnya dan menukarnya dengan kebudayaan mereka.
3.      Kita harus menjaga persatuan dtuan dan kesatuan untuk mempertahankan tanah air kita.
 
BAB III
KESIMPULAN

1.      Perkembangan Islam pada masa pertengahan ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan besar. Yaitu, Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi, dan Kerajaan Mugal.
2.      Kerajaan Turki Usmani berasal dari suku bangsa Turki kabilah Oxuz yang mendiami daerah sebelah utara Tiongkok, yakni Mongolia di Asia Tengah.
3.      Wilayah kekuasaan Turki Usmani meliputi, Mesir, Hijaz (Mekah dan Madinah), Yaman, Irak, Palestina, Tunisia, Maroko, Aljazair, dan Libya.
4.      Pada saat kerajaan keturunan Timur Lenk masih berkuasa, di negeri Ardabil telah muncul gerakan tasaus yang sangat teguh memegang agamanya, yaitu Tarekat Safawiah.
5.      Pengaruh kerajaan Mugal terhadap dunia Islam terasa menonjol pada masa kerajaan Mugal di India, yang didirikan oleh Babul atau Zahir ed din.
6.      Sisa dari kekuasaan kerajaan Mugal di India adalah berdirinya negara Pakistan dan Bangladesh sekarang ini.


DAFTAR PUSTAKA

Asrahah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Wahid, Abbas N dan Suranto. 2009. Khazanah Sejarah  Kebudayaan Islam. Surakarta: Tiga Serangkai
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Islam Dirasah Islamiyah 2. Jakarta: Rajawali Press


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar