BAB II
PENDAHULUAN
Perilaku konsumen adalah suatu tingkah laku
dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus
dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk
menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu
barang. Selain itu, ada beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para
ahli, antara lain :
Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in
searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products,
services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut
berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang
diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan
mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah:
“Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods
and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
dan
Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the
decision of the decision process by which customers come to purchase and
consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat
keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua wujud
konsumen yaitu :
1. Personal
Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
penggunaannya sendiri.
2. Orgau pnizational
Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Berdasarkan
landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu
:
A. Faktor
eksternal adalah merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas
sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok
referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak
langsung pada sikap dan perilaku konsumen. Kelompok referensi akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen
dalam bertingkah laku.
B. Faktor
internal adalah merupakan faktor yang termasuk adalah motivasi, persepsi,
sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan
dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali
perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
A. Konsep
Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman
dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that
customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing
of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Selain
itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer
behavior may be defined as the decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods
and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
B. Model
Perilaku Konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan
membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli
konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli
konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli,
serta mengapa mereka membeli. Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan
konsumen, tetapi juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen
tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta
tentang situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk.
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Menurut Philip
Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
1.
Faktor Budaya
2.
Faktor Sosial
3.
Faktor Pribadi
4.
Faktor Psikologis
Persepsi
didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,
mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti
dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang
sama karena adanya tiga proses persepsi:
- Perhatian yang selektif
- Gangguan yang selektif
- Mengingat kembali yang selektif
Pembelajaran
menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
D. Kepribadian
Dan Perilaku Konsumen
Kepribadian
menurut psikologi modern yaitu: “Kepribadian adalah organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisis individu yang menetukan penyesuaian dirinya
terhadap lingkungannya secara unik”.
Jadi,
kepribadian seorang dewasa umumnya sekarang dianggap ter buat dari baik faktor
keturunan maupun lingkungan, yang diperlunak oleh faktor situasi.
- Keturunan.
- Lingkungan.
- Situasi.
- Dinamis,
- Organisasi sistem,
- Psikofisis,
- Unik,
E.
Karakteristik Pribadi Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan
membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur
hidup pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
- Umur dan Tahap Daur Hidup
- Pekerjaan
- Situasi Ekonomi
- Kepribadian
F. Teori- Teori
Kepribadian
Teori Psychoanalitis : Teori ini menunjukkan
bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh personalitasnya atau kepribadiannya.
Teori ini sebenarnya bercermin atas adanya suatu pandangan konflik dari perilaku
manusia ini. Namun suatu penjelasan yang lebih berarti, komprehensif, dan
sistematis mengenai konflik tersebut, adalah penjelasan yang dikembangkan dan
dikenal dengan Teori Sigmund Freud.
Teori
Psikoanalitis ini menekankan pada sifat-sifat kepribadian yang tak didasari
sebagai hasil dari konflik masa kanak-kanak. Konflik itu diturunkan menjadi 3
komponen kepribadian yang terdiri atas:
Konsep diri (Citra Diri) akan menjadi pokok
bahasan yang populer untuk melihat hubungan antara bagaimana seseorang memandang
dirinya sendiri dan perilaku apa yang diperlihatkan sebagai konsumen. Dengan
pendekatan kepribadian, konsumen digolongkan berdasarkan penggolongan
kepribadian yang telah ada disusun oleh para ahli, pada konsep diri, konsumen
menggambarkan diri mereka sendiri di mana penggambaran ini mungkin akan berbeda
dari orang luar memandang mereka.
Beberapa kekurangan dari konsep ini tidak
mengurangi manfaatnya dalam aplikasi pemasaran, diantaranya segmentasi pasar,
iklan, kemasan, penjualan personal, pengembangan produk, dan retail. Analisis
konsep diri konsumen dan bagaimana mereka memandang merek sangat membantu
pemasar dalam mengembangkan produk baru. Merek baru dapat diciptakan
berdasarkan profil konsep diri konsumen yang belum difasilitasi oleh merek-merek
yang sudah ada.
Penelitian
memperlihatkan bahwa pandangan terhadap diri sendiri dapat digunakan sebagai
alat untuk memperkirakan preferensi konsumen terhadap merek.
A.
Perpektif Konsep Diri (Self Concepts) / Citra Diri
Pengertian dari
konsep diri adalah persepsi, perasaan, dan sikap seorang individu terhadap
dirinya sendiri. Konsep diri manusia dapat dilihat dari 4 dimensi, yaitu konsep
diri aktual, konsep diri ideal, private self, dan social self.
1.
Konsep diri aktual adalah siapa diri saya saat ini.
2.
Konsep diri ideal adalah saya ingin menjadi siapa saat ini.
3.
Private self adalah bagaimana saya ingin memandang diri saya sendiri.
4.
Social self adalah bagaimana saya ingin dipandang oleh orang lain.
Dimensi Konsep
Diri konsumen
|
Konsep Diri
Aktual
|
Konsep Diri
Ideal
|
Private self
|
Bagaimana
saya sesungguhnya melihat diri saya sendiri
|
Bagaimana
saya ingin melihat diri saya sendiri
|
Social self
|
Bagaimana
sesungguhnya orang lain melihat diri saya
|
Bagaimana
saya ingin orang lain melihat diri saya
|
Dalam
pembahasan lebih lanjut, konsep diri dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu konsep
diri yang bersifat independent dan interdependent. Hal ini biasa
juga disebut dengan separateness dan connectedness. Konsep diri independent
didasarkan pada budaya barat yang menganggap bahwa tiap individu benar-benar
terpisah. Konsep diri independent menekankan pada hal-hal, seperti tujuan
pribadi, karakteristik, pencapaian dan keinginan. Mereka yang memiliki konsep
diri kategori ini akan cenderung individualis, egocentric, dan mengandalkan
pada diri sendiri.
Di sisi yang lain, terdapat konsep diri yang bersifat interdependent. Kategori
ini didasarkan pada budaya Asia yang mempercayai adanya keterkaitan antartiap
manusia. Konsep diri ini menekankan pada hal-hal seperti keluarga, budaya,
hubungan sosial, dan sebagainya. Mereka yang memiliki konsep diri ini cenderung
taat terhadap peraturan, sociocentric, memiliki keterkaitan tinggi dengan
lingkungannya, dan berorientasi pada hubungan .
Pengkategorian konsep diri ini tidak selalu bersifat mutlak. Masing-masing
berada di ujung ekstrem suatu dimensi, dan masih memungkinkan seorang individu
memiliki konsep diri yang berada di posisi antara keduanya. Perbedaan konsep
diri telah terbukti mempengaruhi perilaku konsumen, seperti pesan-pesan yang
dapat dicerna oleh konsumen, konsumsi produk-produk mewah, dan jenis maupun
merek produk yang terpilih dan dibeli oleh konsumen. Para pemasar sering
menggunakan pemahaman akan peran konsep diri dalam menerapkan strategi
pemasaran. Contohnya, dalam sebuah iklan yang menampilkan kesan
kebersamaan atau kekeluargaan akan lebih efektif bagi konsumen yang memiliki
konsep diri interdependent.
Kepemilikan dan
Penembangan Diri (Extended Self)
Dalam pembahasan mengenai konsep diri, dikenal sebuah teori yang dikemukakan
oleh Belk yang disebut dengan extended self. Istilah tersebut merujuk
pada kecenderungan seseorang untuk mendefinisikan dirinya sendiri berdasarkan
kepemilikannya (possession). Kepemilikan yang dimaksud di sini tidak harus
sesuatu yang besar, seperti rumah atau mobil. Namun, bisa berupa benda-benda
kecil, seperti pigura, hewan peliharaan ataupun panci untuk memasak. Suatu
produk dapat menjadi bagian dari extended self karena digunakan selama suatu
periode waktu tertentu dan meninggalkan kenangan maupun nilai tertentu pada
diri pengguna.
Sebagai contoh, sebuah kalung emas yang dibeli 20 tahun yang lalu dan telah
digunakan selama periode waktu tersebut sehingga telah melekat dan memberi arti
khusus bagi si pemakai.
Faktor lain yang dapat menyebabkan suatu produk menjadi bagian dari extended
self adalah adanya peak experience dengan produk tersebut, yaitu
sebuah pengalaman yang ditandai dengan keberadaan perasaan yang lebih dari
biasanya, baik itu perasaan senang, ketegangan, pencapaian dan sebagainya.
Produk tersebut, misalnya produk-produk yang diperoleh atau digunakan saat
melalui perubahan besar dalam hidup, seperti pernikahan, kematian, perceraian,
dan sebagainya. Sebuah skala yang mengukur sejauh mana suatu produk terlibat
dalam extended self telah diciptakan dalam bentuk skala Likert.
Kepemilikan terhadap suatu produk bisa saja mempengaruhi sikap seseorang
terhadap produk tersebut tanpa adanya efek extended self. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya mere ownership effect atau juga sering disebut
dengan endowment effect, artinya kecenderungan pemilik untuk memberikan
penilaian terhadap produk yang lebih baik daripada mereka yang bukan pemilik.
Ada kecenderungan seseorang akan lebih menyukai produk tersebut setelah
memilikinya selama sekian waktu.
Konsep extended self dan mere ownership effect memiliki banyak
implikasi bagi strategi pemasaran. Salah satunya adalah komunikasi yang
menyebabkan konsumen memvisualisasikan kepemilikan atas suatu produk yang
menyebabkan penilaian terhadap produk yang lebih baik. Selain itu, uji coba
terhadap produk dan pemberian sampel produk pada konsumenj juga dapat
memberikan efek serupa.
B. Pola
Konsumsi dan Konsep Diri (Citra Diri)
Manusia sering
kali berusaha untuk mempertahankan actual self-concept dan ingin mencapai ideal
self-concept salah satunya melalui pembelian dan penggunaan barang, jasa dan
media. Produk dan merek memiliki nilai simbolik tersendiri di mata konsumen.
Konsumen mengevaluasinya berdasarkan konsistensi dengan pandangan terhadap
dirinya sendiri.
Berdasarkan
penelitian, konsumen cenderung untuk memilih produk atau merek yang sesuai
dengan dirinya atau dengan apa yang ingin dicapainya sebagai manusia. Hal ini
terutama berlaku bagi kaum wanita. Lebih banyak wanita daripada pria yang
menganggap bahwa produk yang mereka gunakan mencerminkan kepribadiannya
sendiri.
Sumber :
artikel dari Agus Arijanto,SE,MM
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku
konsumen adalah suatu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat
mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah
bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang
telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.
Ada dua wujud
konsumen yaitu :
1. Personal
Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
penggunaannya sendiri.
2.
Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Berdasarkan
landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu
:
A. Faktor
eksternal adalah merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas
sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok
referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak
langsung pada sikap dan perilaku konsumen. Kelompok referensi akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen
dalam bertingkah laku.
B. Faktor
internal adalah merupakan faktor yang termasuk adalah motivasi, persepsi,
sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan
dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali
perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
Dan Faktor-Faktor Lainyaitu
Menurut Philip
Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
1.
Faktor Budaya
2.
Faktor Sosial
3.
Faktor Pribadi
4.
Faktor Psikologis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar