BAB II
PEMBAHASAN
II.1 SEJARAH PERADABAN DAN PEMIKIRAN BANI UMAYYAH I
Sebagai bagian dari khazanah masa lalu,
sejarah panjang perjalanan islamtelah membentuk suatu peradaban yang mengalami
pasang surut. Hal initampak dalam hadis Nabi yang menjelaskan tentang keadaan
dan kondisi umatislam, yang dalam hal ini Nabi cirikan dengan keadaan para
penguasanya.Setidaknya beliau membagi fase peradaban islam setelah beliau wafat
dalamempat fase. Fase pertama adalah fase dimana kepemimpinan kaum
muslimindikelola oleh orang-orang yang mengacu pada cara (manhaj)
kepemimpinannabi, yang adil dan mengangkat kewibawaan Islam. fase ini
disepakati sudahberlalu dengan para aktornya adalahkhulafaa-ur -r as yidiin.
Fase kedua merupakan masa dimana para
penguasanya kebanyakan adalahpenguasa yang sombong, angkuh dan tidak lagi
menggunakan manhajkepemimpinan nabi. Walaupun begitu, para penguasa di fase ini
masihmenggunakan hukum-hukum Islam sebagai dasar perundangan negara.Selanjutnya
kaum muslimin akan dihadapkan dengan masa dimana parapenguasanya adalah
penguasa yang zholim, kejam dan menindas kaumnyasendiri. Fase inilah yang
kemudian ditengarai sedang terjadi di dunia Islampada masa-masa sekarang.
setelah fase yang ketiga ini selesai, maka akanmuncul masa dimana kepemimpinan
umat Islam akan diusung kembali olehpenguasa yang adil. Yaitu orang-orang
yang memimpin sesuai dengan manhaj
kepemimpinan Rasulullah. Fase-fase peradaban Islam di
atas, juga mewariskanberbagai macam hal yang sangat mempengaruhi dan berharga
pada dinamikakehidupan peradaban manusia. Ditinjau dari warisan peradaban Islam
dari masa kemasa, akan terlihat perbedaan mendasar karakteristik warisan itu,
sesuai dengan faseperadaban Islam yang saat itu terjadi.
Dalam makalah ini kami membatasi diri
dalam pembahasan dinasti BaniUmayyah I, yang menjadi tonggak awal terbentuknya
sistem monarkhi dalamislam dan perkembangan peradaban di dunia islam.
II.2 Perjalanan Dinasti Bani Umayyah I
Bani Umayyah merupakan anak turun dari
Umayyah bin Abdul Syams,yang merupakan salah satu dari suku Quraisy. Pada masa
sebelum islam baniUmayyah selalu bersaing dengan bani Hasyim yang juga termasuk
sukuQuraisy. Pada masa itu, bani Umayyah memegang peranan penting
dalammasyarakat Mekah. Merekalah yang menguasai pemerintahan danperdagangan
pada masa itu. Akan tetapi, ketika agama islam mulaiberkembang dan mendapatkan
pengikut, mereka merasa bahwa kekuasaan danperekonomiannya menjadi terancam2.
Sehingga pada waktu itu mereka sangatmemusuhi agama islam. Namun pada akhirnya,
ketika islam menjadi kuat dandapat menguasai Mekah, mereka mulai menyerah dan
bahkan mau memelukislam. Diantara mereka terdapat Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang
dikemudianhari menjadi pendiri dinasti Umayyah.
Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh
Mu’awiyah Bin Abu Sufyan padatahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung
hingga pada tahun 132H/750M. Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang politisi
handal dimanapengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah
Utsmanbin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan
darigegaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Husein putra Ali
binThalib dapat dikalahkan oleh Umayyah.
Kekhalifahan Muawiyah ini diperoleh
melalui kekerasan, diplomasi, dantipu daya , tidak dengan pemilihan. Hal ini
berbeda dengan proses pemilihankepala Negara pada masa sebelumnya, yang
diniliai cukup demokrasi. Diamemang tetap menggunakan istilah khalifah, namun
dia memberikaninterprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan
tersebut. Dia
menyebutnya "Khalifah Allah" dalam pengertian
"penguasa" yang diangkat
oleh Allah.
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti
Umayyah bukan hanya akibatdari kemenangan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi
ia memiliki basisrasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya
dimasa depan.Adapun faktor keberhasilan tersebut adalah :
1.Dukungan yang kuat dari rakyat Syria dari keluarga Bani Umayyah.
2.Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.
3.Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai
negarawan sejati,bahkan mencapai tingkat hilm sifat tertinggi yang dimiliki
oleh parapembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm
sepertiMuawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil
keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi.
Adapun raja-raja yang berkuasa pada dinasti Umayyah I ini berjumlah 14,
antara lain :
1.Mu’awiyah I bin Abi Sufyan (41-61H/661-680M)
2.Yazid bin Mu’awiyah (61-64H/680-683M)
3.Mu’awiyah II bin Yazid (64-65H/683-684M)
4.Marwan bin Hakam (65-66H/684-685M)
5.Abdul Malik bin Marwan (66-86H/685-705M)
6.Al-Walid bin Abdul Malik (86-97H/705-715M)
7.Sulaiman bin Abdul Malik (97-99H/715-717M)
8.Umar bin Abdul Azis (99-102H/717-720M)
9.Yazid bin Abdul Malik (102-106H/720-724M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126H/724-743M)
11. Al-Walid II bin Yazid (126-127H/743-744M)
12. Yazid III bin Walid(127H/744M)
13. Ibrahim bin Malik (127H/744M)
2.Yazid bin Mu’awiyah (61-64H/680-683M)
3.Mu’awiyah II bin Yazid (64-65H/683-684M)
4.Marwan bin Hakam (65-66H/684-685M)
5.Abdul Malik bin Marwan (66-86H/685-705M)
6.Al-Walid bin Abdul Malik (86-97H/705-715M)
7.Sulaiman bin Abdul Malik (97-99H/715-717M)
8.Umar bin Abdul Azis (99-102H/717-720M)
9.Yazid bin Abdul Malik (102-106H/720-724M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126H/724-743M)
11. Al-Walid II bin Yazid (126-127H/743-744M)
12. Yazid III bin Walid(127H/744M)
13. Ibrahim bin Malik (127H/744M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133H/744-750M)
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di
Madinah tidak maumenyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat
kepadagubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambilsumpah setia
kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk,kecuali Husein ibn Ali
dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu,Syi’ah (pengikut Ali) melakukan
konsolidasi (penggabungan) kekuatankembali. Perlawanan terhadab Bani Umayyah
dimulai oleh Husein ibn Ali.
Setelah Yazid wafat, pemerintahan
digantikan oleh Mu’awiyah II binYazid. Namun, Mu’awiyah II tidak sanggup
memerintah dan menyerahkankepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi,
Marwan hanyamemerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak
bisamenghadapi pergolakan politik yang terjadi. Suasana kerajaan bisa
dipulihkansetelah kekhalifahan dipegang oleh Abdul Malik bin Marwan, tepatnya
ketikagerakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubeir berhasil ditumpas.Pada
masa
inilah kemajuan dinasti Umayyah dimulai, diantaranya :
a.Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
b.Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.
c.Mendirikan Masjid di Damaskus.
b.Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.
c.Mendirikan Masjid di Damaskus.
Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan Al-Walid
bin Abdul Malik, yaitu tahun 705-715 M. Pada masanya, kerajaanUmayyah
mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke
India, Afrika Utara,hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini perluasan
wilayah Islammeliputi sebagai berikut:
a.Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota
Konstantinopel serta perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah.
b.Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat
Jabal tarik (Selat Gibraltar).
c.Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).
Pada masa pemerintahan Khalifah
Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M)hubungan pemerintah dengan golongan oposisi
mulai membaik. Ketikadinobatkan sebagai khalifah, Beliau menyatakan bahwa
memperbaiki danmeningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik
daripadamenambah perluasannya.
Ini berarti bahwa prioritas utama
adalahpembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat
singkat,dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Dia
jugamemberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuaidengan
keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan, kedudukan Mawalidisejajarkan
dengan muslim Arab.
Sepeninggal Umar ibn Abd
Al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada dibawah khalifah Yazid ibn Abd al-Malik
(720- 724 M). Penguasa yang satu initerlalu gandrung kepada kemewahan dan
kurang memperhatikan kehidupanrakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam
ketenteraman dankedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar
belakangdan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi
terhadappemerintahan Yazid ibn Abd Al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut
hinggamasa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743M).
Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjaditantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal darikalangan Bani
Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali dan merupakanancaman yang sangat
serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baruini, mampu menggulingkan
dinasti Umayyah dan menggantikannya dengandinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya
Hisyam ibn Abd al-Malik adalahseorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan
tetapi, karena gerakan oposisiterlalu kuat khalifah tidak berdaya
mematahkannya.
Sepeninggal Hisyam ibn Abd
al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyahyang tampil bukan hanya lemah tetapi
juga bermoral buruk. Hal ini makinmemperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada
tahun 750 M, Daulat Umayyahdigulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu
Muslim al-Khurasani.
II.3 System Pemerintahan Dinasti Umayyah I
Memasuki masa kekuasaan Mu’awiyyah yang
menjadi awal kekuasaanbani Umayyah ini, sistem pemerintahan islam yang dulunya
bersifatdemokrasi berubah menjadi monarki heredetis (kerajaan turun
temurun).Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika
Muawiyahmewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap
anaknya,Yazid.
Beliau menjadikan azas nepotisme sebagai
dasar pengangkatankhalifah. Hal ini menunjukkan bahwa Muawiyah bermaksud
mencontohmonarchi di Persia dan Bizantium, yakni penerapan
garis-garis kepemimpinan.
Perintah ini tentu saja memberikan sinyal
awal bahwa kesetiaan terhadapYazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem
pemerintahan yangturun temurun telah coba dibangun oleh Mu’awiyah.
Tidak ada lagi suksesikepemimpinan berdasarkan
asas musyawarah (syuro) dalam menentukanseorang pemimpin baru. Mu’awiyah telah
merubah model kekuasaan denganmodel kerajaan yang membenarkan regerisasi kekuasaan
dengan caramemberikan kepada putera mahkota. Orang-orang yang berada di luar
garisketurunan Mu’awiyah, secara substansial tidak memiliki ruang dankesempatan
yang sama untuk memimpin pemerintah Umat Islam, karenasistem dinasti hanya
membenarkan satu kebenaran bahwa suksesi hanya bisadiberikan kepada keturunan
dalam dinasti tersebut5.
Tradisi bentuk khilafah konfederasi yang
dicanangkan Rasul pada tahun622 M (awal periode Madinah), terus berlanjut
hingga masa Dinasti Umayyahsejak tahun 661 M. Bedanya, Rasul menerapkan bentuk
konfederasi kabilah,sedangkan Dinasti Umayyah menerapkan konfederasi propinsi.
Untuk menangani banyaknya propinsi yang ada, maka
khalifah ketika itu, Muawiyahbin Abu Sofyan, mencoba menggabung beberapa
wilayah menjadi satupropinsi. Wilayah-wilayah ini terus berkembang sejalan
dengan keberhasilanprogram futuhat. Setiap gubernur memilih amir atas jajahan
yang beradadalam kekuasaannya, dan para amir tersebut bertanggung jawab
langsungkepada khalifah. Konsekuensinya, para amir berfungsi sebagai khalifah
didaerah. Nilai politis kebijakan ini adalah upaya sentralisasi
wilayahkekuasaan, mengingat potensi daerah-daerah tersebut dalam
menopangjalannya pemerintahan, baik dari sudut pandang ekonomi, maupun
keamanandan pertahanan nasional. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik,
Gubernurmempunyai wewenang penuh dalam hal administrasi politik dan militer
dalampropinsinya, namun penghasilan daerah ditangani oleh pejabat tertentu
(sahibal-kharaj) yang mempunyai tanggung jawab langsung pada khalifah.
Pada masa pemerintahan Muawiyah
Konsolidasi Internal mulai dilakukan.Tujuannya adalah untuk memperkokoh barisan
dalam rangka pertahanan dankeamanan dalam negeri, antisipasi atas setiap
gerakan pemberontak, dan untuk
memperlancar program futuhat. Ada lima diwan (lembaga)
yang menopangsuksesnya konsolidasi yang dilakukan, yakni: Diwan al-Jund (Urusan
Kemiliteran),Diwan ar-Rasail (Urusan Administrasi dan Surat), Diwan al-Barid
(Urusan Pos),Diwan al-Kharaj (Urusan Keuangan), dan Diwan al-Khatam (Urusan
Dokumentasi)6.
Dari segi organisasi militer, pada masa
dinasti ini bangsa arab telahmencapai perkembangan yang cukup signifikan.
Jumlah tentara ketikapemerintahan berada dibawah kekuasan Muawiyah berjumlah
60.000 orang,dengan anggaran sebesar 60 juta dirham. Setelah penaklukan
Bizantium,angkatan perang Umayyah didata dalam sebuah organisasi yang cukup
besar.Satu divisi terdiri dari 5 corp, dua corp untuk barisan depan, satu corp
untukbarisan tengah, dan dua corp lagi adalah untuk barisan belakang.
Organisasiini masih terus berlangsung hingga akhir pemerintahan Marwan (II)
binMuhammad. Ia menghapus organisasi ini dan mengenalkan susunan
Tentara yang disebut kurdus. Para tentara dilengkapi dengan senjata canggih
pada
masa itu, seperti peluru yang digerakkan dengan roket.
Dari segi cara hidup, para khalifah
Dinasti Umayyah telah meninggalkanpola dan cara hidup Nabi Muhammad SAW dan
Khulafa' Ar-Rasyidun.Mereka menjaga jarak dengan masyarakat, dengan tinggal di
istana yangdikelilingi oleh para pengawal. Baitul mal yang selama masa
pemerintahansebelumnya difungsikan sebagai dana swadaya masyarakat yang
difungsikanuntuk kepentingan rakyat, pada masa Umayyah telah berubah fungsi.
Kecualiketika dinasti Umayyah di bawah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz,
kasnegara adalah milik penguasa dan keluarganya. Rakyat hanya wajib
untukmenyetor pajak tanpa mempunyai hak menanyakan penggunaannya. Padamasa ini
pajak Negara dialihkan menjadi harta pribadi para kholifah.Pendapatan pajak
diperoleh dari, pajak tanah, jizyah, zakat, cukai dan pajakpembelian, upeti
yang harus dibayar menurut perjanjian, seperlima ghonimah,fai’, impor tambahan
hasil bumi, hadiah festifal, dan upeti anak dari bangsabarbar.
II.4 Perkembangan Peradaban Dinasti
Umayyah I
Dari berbagai periode pemerintahan Dinasti
Umayyah, penaklukanmerupakan program utama pemerintah yang sudah mentradisi,
kecuali padaperiode Umar bin Abdul Azis.
Ekspansi yang terhenti pada masa
khalifahUtsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Penaklukan
tersebut eratkaitannya dengan kondisi angkatan darat dan laut yang tangguh dan
sistemadministrasi yang mapan, rapi, dan komplit. Konsekuensinya,
segalakebijakan pemerintah menentukan berhasil tidaknya penaklukan.
Dengankeberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun
barat,wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat
luas.Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,
JazirahArabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang
sekarangdisebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Disamping
ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasadalam pembangunan di
berbagai bidang. Semasa bani Umayyah berkuasa,banyak institusi politik
dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan,dewan menteri, lembaga
sekretariat negara, jawatan pos dan giro sertapenasihat khusus di bidang
politik. Dalam tatanan ekonomi dan keuangan jugadibentuk jawatan ekspor dan
impor, badan urusan logistik, lembaga sejenisperbankan, dan badan pertanahan
negara. Sedang dalam tatanan teknologi,dinasti ini telah mampu menciptakan
senjata-senjata perang yang canggihpada masanya, sarana transportasi darat
maupun laut, sistem pertanianmaupun pengairan8.
Muawiyah mendirikan dinas
pos dan tempat-tempat tertentu denganmenyediakan kuda yang lengkap dengan
peralatannya di sepanjang jalan. Diajuga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata dan mencetak mata uang.Lambang Negara yang sebelumnya tidak pernah
dibuat oleh Al-KhulafaurRasyidin, mulai dibuatpada masa ini. Ia menetapkan
bendera merah sebagailambang negaranya, yang menjadi ciri khas kerajaan
Umayyah.
Kholifah Abd Al-Malik
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yangdipakai di daerah-daerah yang
dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uangtersendiri pada tahun 659 M dengan
memakai kata-kata dan tulisan Arab.
Ia juga berhasil melakukan
pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahandan memberlakukan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi administrasipemerintahan Islam.
Keberhasilan Khalifah Abd
Al-Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid ibnAbd Al-Malik (705- 715 M) seorang
yang berkemauan keras danberkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun
panti-pantiuntuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang
humanisini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya
yangmenghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik,
gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Selain melakukan perbaikan di berbagai
bidang seperti yang telahdisebutkan di atas, dinasti Umayyah juga melakukan
perubahan dalambeberapa bidang, seperti :
A. Bidang sosial
Pada masa dinasti ini, stratifikasi sosial
mulai dikenal. Rakyatimperium arab terbagi kedalam empat golongan. Golongan
pertamamerupakan golongan yang terdiri atas kaum muslimin yang
memegangkekuasaan dan dikepali oleh anggota istana serta kaum ningrat
daripenakluk arab. Golongan kedua merupakan golongan neomuslim, baikdengan atas
kemauan sendiri maupun paksaan. Golongan ketigamerupakan kaum non muslim yang
mengikat perjanjian dengan kaummuslim. Golongan keempat merupakan golongan
budak yang merupakangolongan terendah.
Meskipun sistem pemerintahan tidak
berjalan demokratis, namunkondisi sosial pada masa dinasti Umayyah tetap damai
dan adil.Kebebasan memeluk agama pun juga dijamin. Diantara usaha positif
yangdilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalammensejahterakan
rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistempemerintahan dan menata
administrasi yang bertugas mengurusi masalahkeuangan negara yang dipergunakan
untuk:
1.Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata
usaha Negara.
2.Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
3.Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
2.Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
3.Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
4. Perlengkapan perang
Daulah Bani
Umayyah memberikan Hakdan perlindungan kepada warga Negara yang berada dibawah
pengawasandan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk
mendapatkanperlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu Daulah ini.
membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini
dikepalai olehseorang ketua Hakim (Qadli). Seorang hakim (Qadli) memutuskan
perkaradengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’andan
sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh ataudipengaruhi
politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhakmemutuskan suatu
perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatugolongan politik.
B. Bidang pendidikan
Nampaknya pendidikan Islam pada masa
periode Dinasti Umayyah inihampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar
Rasyiddin. ParaKhulafa agaknya kurang memperhatikan bidang pendidikan,
sehinggaperkembangannya pun kurang maksimal. Meskipun demikian, Dalambidang
ini, dinasti Umayyah memberikan andil yang cukup signifikan bagiperkembangan
budaya arab pada masa sesudahnya, terutama dalampengembangan ilmu-ilmu agama
islam, sastra, dan filsafat.
Bila dibandingkan dengan masa Khulafa
Ar-Rasyidin, pola pendidikanIslam pada periode Dinasti Umayyah telah mengalami
perkembangan. Halini ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di
tempat-tempat yangtelah disediakan untuk kegiatan tersebut. Materi yang
diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam, dimana kurikulumnya telah
disesuaikandengan tingkatannya masing-masing. Metode pengajarannya pun
tidaksama. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam berbagaibidang
tertentu.
Tempat-tempat yang telah disediakan demi
perkembangan pendidikanIslam pada masa Dinasti Umayyah ada tiga yaitu: Kuttab,
Mesjid, danMajelis Sastra. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis
danmembaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.10Setelah pelajaran anak-anak di kuttab
selesai mereka melanjutkanpendidikan yang dilakukan di mesjid. Pada Dinasti
Umayyah ini,
pendidikan yang dilaksanakan di mesjid terdiri dari
dua tingkat yaitu:tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah
gurubelumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalahulama yang
dalam ilmunya dan masyhur kealiman serta keahliannya.Sedangkan Majelis sastra,
merupakan balai pertemuan untuk membahasmasalah kesusasteraan dan juga sebagai
tempat berdiskusi mengenaiurusan politik yang disiapkan oleh khalifah yang
dihiasi dengan hiasanyang indah dan hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan
ulama terkemuka.
C. Bidang seni
Pada masa Daulah Bani Umayyah ini bidang
seni juga mengalamiperkembangan, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa,
dan senibangunan (Arsitektur). Dalam bidang arsitektur, peranan kholifah
daulahUmayyah sangat menonjol. para kholifah sangat menyokongperkembangan seni
ini seperti menara yang diperkenalkan olehMu’awiyah. Kubah as-sakhra di
yerussalem yang dibangun oleh AbdulMalik pada tahun 691, merupakan salah satu
contoh hasil karya arsitekmuslim zaman permulaan yang paling cantik. Bangunan
ini merupakanmasjid yang pertama kali ditutup dengan kubah. Pada sekitar abad
VIIWalid ibn Abdul Malik membangun masjid agung di syiria berdasarkannama-nama
penguasa dinasti umayyah. Dengan demikian, perkembanganarsitektur mencapai
puncaknya pada bentuk dan arsitektur masjid-masjid.
D. Ilmu pengetahuan
Pada masa dinasti ini, tepatnya pada paroh
terakhir dinasti Umayyah, cabang-cabang ilmu baru yang sebelumnya belum pernah
diajarkan dalam dunia islammulai diajarkan seperti, tata bahasa, sejarah,
geografi dan lain-lain. Pada masaUmayyah, ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua
macam, yaitu :
1. Al-Adaabul Hadits
(ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumulIslamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadist,
Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh danal-Jughrafi), Al-Ulumul Dakhiliyah
(ilmu yang diperlukan untuk kemajuanIslam), yang meliputi : ilmu thib,
filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta
lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi ;
.
2. Al-Adaabul Qadamah
(ilmu lama), yaitu ilmu yang telah adapasa zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman
khalifah yang empat, seperti ilmulughah, syair, khitabah dan amtsal.11
Usaha yang tidak kalah pentingnya pada
masa Dinasti Umayyah inidimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke
dalam BahasaArab, seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ibn Mu'awiyah.
Iamerupakan seorang orator dan penyair yang berpikiran tajam. Ia pulaorang yang
pertama kali menerjemahkan ilmu pengetahuan yunani kedalam bahasa arab, seperti
astronomi, kedokteran dan kimia12. Bahkan, Iamemperoleh gelar kesarjanaan dalam
bidang kimia dan kedokteran sertamengarang beberapa buku dalam bidang tersebut.
Pada masa Umar ibnAbdul Aziz, sekolah kedokteran yang pada awalnya berada di
Alexandriadipindahkan ke Antokia. Di bawah pemerintahannya karya yunani
banyakyang diterjemahkan ke dalam bahasa arab.
Pada masa ini pula ilmu tafsir dan tafsir
al-qur’an mulai berkembangdengan pesat. Ilmu tafsir memiliki letak yang
strategis, disamping karenafaktor luasnya kawasan Islam ke beberapa daerah luar
Arab yangmembawa konsekwensi lemahnya rasa seni sastra arab, juga
karenabanyaknya yang masuk Islam. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasaAl Quran
dan makna Al Quran yang digunakan untuk kepentingangolongan tertentu.Pencemaran
Al Quran juga disebabkan oleh faktorintervensi yang didasarkan kepada
kisah-kisah Israiliyyat. Karena tuntutanuntuk mempelajari dan menafsirkan
al-qur'an itulah, dua jenis ilmu
pengetahuna yakni filologi dan leksikografi mendapatkan perhatian oleh
banyak orang.
Selain ilmu tafsir, ilmu hadist juga
mendapatkan perhatian serius.Khalifah Umar ibn Abdul Aziz yang memerintah hanya
dua tahun 717-720M pernah mengirim surat kepada Abu Bakar ibn Amir bin Ham
dankepada ulama yang lain untuk menuliskan dan mengumpulkan hadist-hadist,
namun hingga akhir pemerintahannya hal itu tidak terlaksana.Sungguhpun demikian
pemerintahan Umar ibn Aziz telah melahirkanmetode pendidikan alternative, yakni
para ulama mencari hadist keberbagai tempat dan orang yang dianggap
mengetahuinya yang kemudiandikenal metodeRihlah. Pada masa dinasti inilah,
kitab tentang ilmu hadistsudah mulai dikarang oleh para ulama muslim. Beberapa
ulama hadistyang terkenal pada masa itu, antara lain : Abu Bakar Muhammad binMuslim
bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu AbiMalikah (Abdullah bin
Abi Malikah at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’iAbdurrahman bin Amr, Hasan Basri
as-Sya’bi.14
Dibidang fiqh secara garis besar dapat
dibedakan menjadi duakelompok yaitu aliran ahli al-Ra’y dan aliran al hadist,
kelompok aliranpertama ini mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan
analogiatau Qiyas, sedangkan aliran yang kedua lebih berpegang pada
dalil-dalil,bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat
AlQuran dan hadits yang menerangkannya. Nampaknya disiplin ilmu
fiqhmenunjukkanperkembangan yang sangat berarti. Periode ini telah melahirkan
sejumlah mujtahid fiqh. Terbukti ketika akhir masa
Umayyah telah lahir tokohmazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik
Ibn Anas di Madinah,sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada
masaAbbasyiyah.15
II.5. Penyebab Keruntuhan Dinasti Umayyah
I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti bani Umayyah menjadi
lemah, yaitu :
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunanadalah sesuatu yang baru
bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspeksenioritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidakjelasan sistem pergantiankhalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisadipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisaSyi’ah (para
pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi,baik secara terbuka
seperti di masa awal dan akhir maupun secaratersembunyi seperti di masa
pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini
banyak menyedot kekuatanpemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antarasuku Arabia
Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yangsudah ada sejak zaman
sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan inimengakibatkan para penguasa
Bani Umayyah mendapat kesulitan untukmenggalang persatuan dan kesatuan.
Disamping itu, sebagian besargolongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan
wilayah bagian timurlainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu
menggambarkan suatuinferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang
diperlihatkanpada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkanoleh sikap hidup
mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifahtidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisikekuasaan. Disamping itu,
golongan agama banyak yang kecewa karenaperhatian penguasa terhadap perkembangan
agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini
mendapat dukungan penuh dariBani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali
yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
6. Kaum Mawali yang tidak mendapatkan posisi strategis di
pemerintahan turut menggerogoti
kepemimpinan dinasti Mu'awiyah
7. Sikap antipati Ulama terhadap kehidupan mewah keluarga
kerajaan
DAFTAR PUSTAKA
1.Ensiklopedia Islam, dewan redaksi
ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta
2.Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya
ArabPada Masa Dinasti Umayyah, Fadlil Munawwar Manshur, majalahHumaniora
Volum VI
3.Dinasti Umayyah : Perkembangan Politik,H
er m ain
El-Hermawan, Forum Kajian Islam
Strategis Sumatra Utara
4.Artikel Khalifah Bani Umayyah (Masa
Kemajuan
Islam) oleh:az war ti
5.Sistem Sosial Budaya dan Model
Pemerintahan
Pada Masa Bani Umayyah, Imronfauzi.wordpress.com.htm
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, karena berkat beliaulah sehingga kita dapat menikmati hidup yang penuh berkah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan mata kulyah Sejarah Pendidikan Islam program strata I (S1) jurusan matematika fakultas tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Makalah ini disusun berdasarkan hasil pencarian bahan dan materi yang kami dapat.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini hingga masih terlalu jauh kesempurnaan, hal ini penulis sadari karena keterbatasan dan kemampuan penulis dalam mengembangkan serta mengapresiasikan makalah ini.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/ mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini, baik moril maupun materil.
Demikian, semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, September 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan,
dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah
Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh
sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap
digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari
kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang
diangkat oleh Allah.
Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
1.2. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini ialah untuk memenuhi syarat dari mata kulyah Sejarah Pendidikan Islam.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perjalanan Dinasti Bani Umayyah
I ?
2.
Apasajakah System Pemerintahan Dinasti Umayyah I ?
3.
Bagaimana Proses Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah I ?
4.
Apa Yang Menyebabkan Keruntuhan Bani Umayyah I ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar