Jumat, 12 Juni 2015

SEJARAH PERADABAN DAN PEMIKIRAN BANI UMAYYAH I




BAB II
PEMBAHASAN

II.1 SEJARAH PERADABAN DAN PEMIKIRAN BANI UMAYYAH I

Sebagai bagian dari khazanah masa lalu, sejarah panjang perjalanan islamtelah membentuk suatu peradaban yang mengalami pasang surut. Hal initampak dalam hadis Nabi yang menjelaskan tentang keadaan dan kondisi umatislam, yang dalam hal ini Nabi cirikan dengan keadaan para penguasanya.Setidaknya beliau membagi fase peradaban islam setelah beliau wafat dalamempat fase. Fase pertama adalah fase dimana kepemimpinan kaum muslimindikelola oleh orang-orang yang mengacu pada cara (manhaj) kepemimpinannabi, yang adil dan mengangkat kewibawaan Islam. fase ini disepakati sudahberlalu dengan para aktornya adalahkhulafaa-ur -r as yidiin.
Fase kedua merupakan masa dimana para penguasanya kebanyakan adalahpenguasa yang sombong, angkuh dan tidak lagi menggunakan manhajkepemimpinan nabi. Walaupun begitu, para penguasa di fase ini masihmenggunakan hukum-hukum Islam sebagai dasar perundangan negara.Selanjutnya kaum muslimin akan dihadapkan dengan masa dimana parapenguasanya adalah penguasa yang zholim, kejam dan menindas kaumnyasendiri. Fase inilah yang kemudian ditengarai sedang terjadi di dunia Islampada masa-masa sekarang. setelah fase yang ketiga ini selesai, maka akanmuncul masa dimana kepemimpinan umat Islam akan diusung kembali olehpenguasa yang adil. Yaitu orang-orang yang memimpin sesuai dengan manhaj
kepemimpinan Rasulullah. Fase-fase peradaban Islam di atas, juga mewariskanberbagai macam hal yang sangat mempengaruhi dan berharga pada dinamikakehidupan peradaban manusia. Ditinjau dari warisan peradaban Islam dari masa kemasa, akan terlihat perbedaan mendasar karakteristik warisan itu, sesuai dengan faseperadaban Islam yang saat itu terjadi.


Dalam makalah ini kami membatasi diri dalam pembahasan dinasti BaniUmayyah I, yang menjadi tonggak awal terbentuknya sistem monarkhi dalamislam dan perkembangan peradaban di dunia islam.

II.2 Perjalanan Dinasti Bani Umayyah I
Bani Umayyah merupakan anak turun dari Umayyah bin Abdul Syams,yang merupakan salah satu dari suku Quraisy. Pada masa sebelum islam baniUmayyah selalu bersaing dengan bani Hasyim yang juga termasuk sukuQuraisy. Pada masa itu, bani Umayyah memegang peranan penting dalammasyarakat Mekah. Merekalah yang menguasai pemerintahan danperdagangan pada masa itu. Akan tetapi, ketika agama islam mulaiberkembang dan mendapatkan pengikut, mereka merasa bahwa kekuasaan danperekonomiannya menjadi terancam2. Sehingga pada waktu itu mereka sangatmemusuhi agama islam. Namun pada akhirnya, ketika islam menjadi kuat dandapat menguasai Mekah, mereka mulai menyerah dan bahkan mau memelukislam. Diantara mereka terdapat Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang dikemudianhari menjadi pendiri dinasti Umayyah.
Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah Bin Abu Sufyan padatahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132H/750M. Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang politisi handal dimanapengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsmanbin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan darigegaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Husein putra Ali binThalib dapat dikalahkan oleh Umayyah.
Kekhalifahan Muawiyah ini diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dantipu daya , tidak dengan pemilihan. Hal ini berbeda dengan proses pemilihankepala Negara pada masa sebelumnya, yang diniliai cukup demokrasi. Diamemang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikaninterprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia
menyebutnya "Khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat
oleh Allah.
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibatdari kemenangan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia memiliki basisrasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya dimasa depan.Adapun faktor keberhasilan tersebut adalah :
1.Dukungan yang kuat dari rakyat Syria dari keluarga Bani Umayyah.
2.Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.
3.Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati,bahkan mencapai tingkat hilm sifat tertinggi yang dimiliki oleh parapembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm sepertiMuawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi.
Adapun raja-raja yang berkuasa pada dinasti Umayyah I ini berjumlah 14,
antara lain :
1.Mu’awiyah I bin Abi Sufyan (41-61H/661-680M)
2.Yazid bin Mu’awiyah (61-64H/680-683M)
3.Mu’awiyah II bin Yazid (64-65H/683-684M)
4.Marwan bin Hakam (65-66H/684-685M)
5.Abdul Malik bin Marwan (66-86H/685-705M)
6.Al-Walid bin Abdul Malik (86-97H/705-715M)
7.Sulaiman bin Abdul Malik (97-99H/715-717M)
8.Umar bin Abdul Azis (99-102H/717-720M)
9.Yazid bin Abdul Malik (102-106H/720-724M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126H/724-743M)
11. Al-Walid II bin Yazid (126-127H/743-744M)
12. Yazid III bin Walid(127H/744M)
13. Ibrahim bin Malik (127H/744M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133H/744-750M)
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak maumenyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepadagubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambilsumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk,kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu,Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatankembali. Perlawanan terhadab Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali.
Setelah Yazid wafat, pemerintahan digantikan oleh Mu’awiyah II binYazid. Namun, Mu’awiyah II tidak sanggup memerintah dan menyerahkankepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi, Marwan hanyamemerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak bisamenghadapi pergolakan politik yang terjadi. Suasana kerajaan bisa dipulihkansetelah kekhalifahan dipegang oleh Abdul Malik bin Marwan, tepatnya ketikagerakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubeir berhasil ditumpas.Pada masa
inilah kemajuan dinasti Umayyah dimulai, diantaranya :
a.Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
b.Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.
c.Mendirikan Masjid di Damaskus.
Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan Al-Walid
bin Abdul Malik, yaitu tahun 705-715 M. Pada masanya, kerajaanUmayyah
mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara,hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini perluasan wilayah Islammeliputi sebagai berikut:
a.Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota
Konstantinopel serta perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah.
b.Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat
Jabal tarik (Selat Gibraltar).
c.Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M)hubungan pemerintah dengan golongan oposisi mulai membaik. Ketikadinobatkan sebagai khalifah, Beliau menyatakan bahwa memperbaiki danmeningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripadamenambah perluasannya.
 Ini berarti bahwa prioritas utama adalahpembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat,dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Dia jugamemberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuaidengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan, kedudukan Mawalidisejajarkan dengan muslim Arab.
Sepeninggal Umar ibn Abd Al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada dibawah khalifah Yazid ibn Abd al-Malik (720- 724 M). Penguasa yang satu initerlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupanrakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dankedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakangdan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadappemerintahan Yazid ibn Abd Al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut hinggamasa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjaditantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal darikalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali dan merupakanancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baruini, mampu menggulingkan dinasti Umayyah dan menggantikannya dengandinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Malik adalahseorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisiterlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.
Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyahyang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makinmemperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyahdigulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani.

II.3 System Pemerintahan Dinasti Umayyah I
Memasuki masa kekuasaan Mu’awiyyah yang menjadi awal kekuasaanbani Umayyah ini, sistem pemerintahan islam yang dulunya bersifatdemokrasi berubah menjadi monarki heredetis (kerajaan turun temurun).Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyahmewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,Yazid.
Beliau menjadikan azas nepotisme sebagai dasar pengangkatankhalifah. Hal ini menunjukkan bahwa Muawiyah bermaksud mencontohmonarchi di Persia dan Bizantium, yakni penerapan garis-garis kepemimpinan.
Perintah ini tentu saja memberikan sinyal awal bahwa kesetiaan terhadapYazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem pemerintahan yangturun temurun telah coba dibangun oleh Mu’awiyah.
 Tidak ada lagi suksesikepemimpinan berdasarkan asas musyawarah (syuro) dalam menentukanseorang pemimpin baru. Mu’awiyah telah merubah model kekuasaan denganmodel kerajaan yang membenarkan regerisasi kekuasaan dengan caramemberikan kepada putera mahkota. Orang-orang yang berada di luar garisketurunan Mu’awiyah, secara substansial tidak memiliki ruang dankesempatan yang sama untuk memimpin pemerintah Umat Islam, karenasistem dinasti hanya membenarkan satu kebenaran bahwa suksesi hanya bisadiberikan kepada keturunan dalam dinasti tersebut5.
Tradisi bentuk khilafah konfederasi yang dicanangkan Rasul pada tahun622 M (awal periode Madinah), terus berlanjut hingga masa Dinasti Umayyahsejak tahun 661 M. Bedanya, Rasul menerapkan bentuk konfederasi kabilah,sedangkan Dinasti Umayyah menerapkan konfederasi propinsi.
Untuk menangani banyaknya propinsi yang ada, maka khalifah ketika itu, Muawiyahbin Abu Sofyan, mencoba menggabung beberapa wilayah menjadi satupropinsi. Wilayah-wilayah ini terus berkembang sejalan dengan keberhasilanprogram futuhat. Setiap gubernur memilih amir atas jajahan yang beradadalam kekuasaannya, dan para amir tersebut bertanggung jawab langsungkepada khalifah. Konsekuensinya, para amir berfungsi sebagai khalifah didaerah. Nilai politis kebijakan ini adalah upaya sentralisasi wilayahkekuasaan, mengingat potensi daerah-daerah tersebut dalam menopangjalannya pemerintahan, baik dari sudut pandang ekonomi, maupun keamanandan pertahanan nasional. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, Gubernurmempunyai wewenang penuh dalam hal administrasi politik dan militer dalampropinsinya, namun penghasilan daerah ditangani oleh pejabat tertentu (sahibal-kharaj) yang mempunyai tanggung jawab langsung pada khalifah.
Pada masa pemerintahan Muawiyah Konsolidasi Internal mulai dilakukan.Tujuannya adalah untuk memperkokoh barisan dalam rangka pertahanan dankeamanan dalam negeri, antisipasi atas setiap gerakan pemberontak, dan untuk
memperlancar program futuhat. Ada lima diwan (lembaga) yang menopangsuksesnya konsolidasi yang dilakukan, yakni: Diwan al-Jund (Urusan Kemiliteran),Diwan ar-Rasail (Urusan Administrasi dan Surat), Diwan al-Barid (Urusan Pos),Diwan al-Kharaj (Urusan Keuangan), dan Diwan al-Khatam (Urusan Dokumentasi)6.
Dari segi organisasi militer, pada masa dinasti ini bangsa arab telahmencapai perkembangan yang cukup signifikan. Jumlah tentara ketikapemerintahan berada dibawah kekuasan Muawiyah berjumlah 60.000 orang,dengan anggaran sebesar 60 juta dirham. Setelah penaklukan Bizantium,angkatan perang Umayyah didata dalam sebuah organisasi yang cukup besar.Satu divisi terdiri dari 5 corp, dua corp untuk barisan depan, satu corp untukbarisan tengah, dan dua corp lagi adalah untuk barisan belakang. Organisasiini masih terus berlangsung hingga akhir pemerintahan Marwan (II) binMuhammad. Ia menghapus organisasi ini dan mengenalkan susunan
Tentara yang disebut kurdus. Para tentara dilengkapi dengan senjata canggih pada
masa itu, seperti peluru yang digerakkan dengan roket.
Dari segi cara hidup, para khalifah Dinasti Umayyah telah meninggalkanpola dan cara hidup Nabi Muhammad SAW dan Khulafa' Ar-Rasyidun.Mereka menjaga jarak dengan masyarakat, dengan tinggal di istana yangdikelilingi oleh para pengawal. Baitul mal yang selama masa pemerintahansebelumnya difungsikan sebagai dana swadaya masyarakat yang difungsikanuntuk kepentingan rakyat, pada masa Umayyah telah berubah fungsi. Kecualiketika dinasti Umayyah di bawah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, kasnegara adalah milik penguasa dan keluarganya. Rakyat hanya wajib untukmenyetor pajak tanpa mempunyai hak menanyakan penggunaannya. Padamasa ini pajak Negara dialihkan menjadi harta pribadi para kholifah.Pendapatan pajak diperoleh dari, pajak tanah, jizyah, zakat, cukai dan pajakpembelian, upeti yang harus dibayar menurut perjanjian, seperlima ghonimah,fai’, impor tambahan hasil bumi, hadiah festifal, dan upeti anak dari bangsabarbar.

II.4 Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah I
Dari berbagai periode pemerintahan Dinasti Umayyah, penaklukanmerupakan program utama pemerintah yang sudah mentradisi, kecuali padaperiode Umar bin Abdul Azis.
 Ekspansi yang terhenti pada masa khalifahUtsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Penaklukan tersebut eratkaitannya dengan kondisi angkatan darat dan laut yang tangguh dan sistemadministrasi yang mapan, rapi, dan komplit. Konsekuensinya, segalakebijakan pemerintah menentukan berhasil tidaknya penaklukan. Dengankeberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat,wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas.Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, JazirahArabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarangdisebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasadalam pembangunan di berbagai bidang. Semasa bani Umayyah berkuasa,banyak institusi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan,dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro sertapenasihat khusus di bidang politik. Dalam tatanan ekonomi dan keuangan jugadibentuk jawatan ekspor dan impor, badan urusan logistik, lembaga sejenisperbankan, dan badan pertanahan negara. Sedang dalam tatanan teknologi,dinasti ini telah mampu menciptakan senjata-senjata perang yang canggihpada masanya, sarana transportasi darat maupun laut, sistem pertanianmaupun pengairan8.
Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu denganmenyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Diajuga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.Lambang Negara yang sebelumnya tidak pernah dibuat oleh Al-KhulafaurRasyidin, mulai dibuatpada masa ini. Ia menetapkan bendera merah sebagailambang negaranya, yang menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
Kholifah Abd Al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yangdipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uangtersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
 Ia juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahandan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasipemerintahan Islam.
Keberhasilan Khalifah Abd Al-Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid ibnAbd Al-Malik (705- 715 M) seorang yang berkemauan keras danberkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-pantiuntuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanisini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yangmenghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Selain melakukan perbaikan di berbagai bidang seperti yang telahdisebutkan di atas, dinasti Umayyah juga melakukan perubahan dalambeberapa bidang, seperti :

A. Bidang sosial
Pada masa dinasti ini, stratifikasi sosial mulai dikenal. Rakyatimperium arab terbagi kedalam empat golongan. Golongan pertamamerupakan golongan yang terdiri atas kaum muslimin yang memegangkekuasaan dan dikepali oleh anggota istana serta kaum ningrat daripenakluk arab. Golongan kedua merupakan golongan neomuslim, baikdengan atas kemauan sendiri maupun paksaan. Golongan ketigamerupakan kaum non muslim yang mengikat perjanjian dengan kaummuslim. Golongan keempat merupakan golongan budak yang merupakangolongan terendah.
Meskipun sistem pemerintahan tidak berjalan demokratis, namunkondisi sosial pada masa dinasti Umayyah tetap damai dan adil.Kebebasan memeluk agama pun juga dijamin. Diantara usaha positif yangdilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalammensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistempemerintahan dan menata administrasi yang bertugas mengurusi masalahkeuangan negara yang dipergunakan untuk:
1.Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.
2.Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
3.Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
4. Perlengkapan perang


 Daulah Bani Umayyah memberikan Hakdan perlindungan kepada warga Negara yang berada dibawah pengawasandan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkanperlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu Daulah ini.
membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai olehseorang ketua Hakim (Qadli). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkaradengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’andan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh ataudipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhakmemutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatugolongan politik.

B. Bidang pendidikan
Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah inihampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin. ParaKhulafa agaknya kurang memperhatikan bidang pendidikan, sehinggaperkembangannya pun kurang maksimal. Meskipun demikian, Dalambidang ini, dinasti Umayyah memberikan andil yang cukup signifikan bagiperkembangan budaya arab pada masa sesudahnya, terutama dalampengembangan ilmu-ilmu agama islam, sastra, dan filsafat.
Bila dibandingkan dengan masa Khulafa Ar-Rasyidin, pola pendidikanIslam pada periode Dinasti Umayyah telah mengalami perkembangan. Halini ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di tempat-tempat yangtelah disediakan untuk kegiatan tersebut. Materi yang diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam, dimana kurikulumnya telah disesuaikandengan tingkatannya masing-masing. Metode pengajarannya pun tidaksama. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam berbagaibidang tertentu.
Tempat-tempat yang telah disediakan demi perkembangan pendidikanIslam pada masa Dinasti Umayyah ada tiga yaitu: Kuttab, Mesjid, danMajelis Sastra. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis danmembaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.10Setelah pelajaran anak-anak di kuttab selesai mereka melanjutkanpendidikan yang dilakukan di mesjid. Pada Dinasti Umayyah ini,
pendidikan yang dilaksanakan di mesjid terdiri dari dua tingkat yaitu:tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurubelumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalahulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman serta keahliannya.Sedangkan Majelis sastra, merupakan balai pertemuan untuk membahasmasalah kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenaiurusan politik yang disiapkan oleh khalifah yang dihiasi dengan hiasanyang indah dan hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka.

C. Bidang seni
Pada masa Daulah Bani Umayyah ini bidang seni juga mengalamiperkembangan, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan senibangunan (Arsitektur). Dalam bidang arsitektur, peranan kholifah daulahUmayyah sangat menonjol. para kholifah sangat menyokongperkembangan seni ini seperti menara yang diperkenalkan olehMu’awiyah. Kubah as-sakhra di yerussalem yang dibangun oleh AbdulMalik pada tahun 691, merupakan salah satu contoh hasil karya arsitekmuslim zaman permulaan yang paling cantik. Bangunan ini merupakanmasjid yang pertama kali ditutup dengan kubah. Pada sekitar abad VIIWalid ibn Abdul Malik membangun masjid agung di syiria berdasarkannama-nama penguasa dinasti umayyah. Dengan demikian, perkembanganarsitektur mencapai puncaknya pada bentuk dan arsitektur masjid-masjid.

D. Ilmu pengetahuan
Pada masa dinasti ini, tepatnya pada paroh terakhir dinasti Umayyah, cabang-cabang ilmu baru yang sebelumnya belum pernah diajarkan dalam dunia islammulai diajarkan seperti, tata bahasa, sejarah, geografi dan lain-lain. Pada masaUmayyah, ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumulIslamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh danal-Jughrafi), Al-Ulumul Dakhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuanIslam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta
lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi ;
.
2. Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah adapasa zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti ilmulughah, syair, khitabah dan amtsal.11
Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah inidimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam BahasaArab, seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ibn Mu'awiyah. Iamerupakan seorang orator dan penyair yang berpikiran tajam. Ia pulaorang yang pertama kali menerjemahkan ilmu pengetahuan yunani kedalam bahasa arab, seperti astronomi, kedokteran dan kimia12. Bahkan, Iamemperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kimia dan kedokteran sertamengarang beberapa buku dalam bidang tersebut. Pada masa Umar ibnAbdul Aziz, sekolah kedokteran yang pada awalnya berada di Alexandriadipindahkan ke Antokia. Di bawah pemerintahannya karya yunani banyakyang diterjemahkan ke dalam bahasa arab.
Pada masa ini pula ilmu tafsir dan tafsir al-qur’an mulai berkembangdengan pesat. Ilmu tafsir memiliki letak yang strategis, disamping karenafaktor luasnya kawasan Islam ke beberapa daerah luar Arab yangmembawa konsekwensi lemahnya rasa seni sastra arab, juga karenabanyaknya yang masuk Islam. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasaAl Quran dan makna Al Quran yang digunakan untuk kepentingangolongan tertentu.Pencemaran Al Quran juga disebabkan oleh faktorintervensi yang didasarkan kepada kisah-kisah Israiliyyat. Karena tuntutanuntuk mempelajari dan menafsirkan al-qur'an itulah, dua jenis ilmu
pengetahuna yakni filologi dan leksikografi mendapatkan perhatian oleh
banyak orang.
Selain ilmu tafsir, ilmu hadist juga mendapatkan perhatian serius.Khalifah Umar ibn Abdul Aziz yang memerintah hanya dua tahun 717-720M pernah mengirim surat kepada Abu Bakar ibn Amir bin Ham dankepada ulama yang lain untuk menuliskan dan mengumpulkan hadist-hadist, namun hingga akhir pemerintahannya hal itu tidak terlaksana.Sungguhpun demikian pemerintahan Umar ibn Aziz telah melahirkanmetode pendidikan alternative, yakni para ulama mencari hadist keberbagai tempat dan orang yang dianggap mengetahuinya yang kemudiandikenal metodeRihlah. Pada masa dinasti inilah, kitab tentang ilmu hadistsudah mulai dikarang oleh para ulama muslim. Beberapa ulama hadistyang terkenal pada masa itu, antara lain : Abu Bakar Muhammad binMuslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu AbiMalikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’iAbdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi.14
Dibidang fiqh secara garis besar dapat dibedakan menjadi duakelompok yaitu aliran ahli al-Ra’y dan aliran al hadist, kelompok aliranpertama ini mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan analogiatau Qiyas, sedangkan aliran yang kedua lebih berpegang pada dalil-dalil,bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat AlQuran dan hadits yang menerangkannya. Nampaknya disiplin ilmu fiqhmenunjukkanperkembangan yang sangat berarti. Periode ini telah melahirkan
sejumlah mujtahid fiqh. Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokohmazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di Madinah,sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada masaAbbasyiyah.15

II.5. Penyebab Keruntuhan Dinasti Umayyah I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti bani Umayyah menjadi
lemah, yaitu :

1.    Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunanadalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspeksenioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantiankhalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.

2.    Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisadipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisaSyi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi,baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secaratersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatanpemerintah.

3.    Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antarasuku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yangsudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan inimengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untukmenggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besargolongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timurlainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatuinferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkanpada masa Bani Umayyah.

4.    Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkanoleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifahtidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisikekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karenaperhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.

5.    Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
      adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dariBani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
6.    Kaum Mawali yang tidak mendapatkan posisi strategis di
      pemerintahan turut menggerogoti kepemimpinan dinasti Mu'awiyah
7.    Sikap antipati Ulama terhadap kehidupan mewah keluarga
                    kerajaan





DAFTAR PUSTAKA

1.Ensiklopedia Islam, dewan redaksi ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta
2.Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya ArabPada Masa Dinasti Umayyah, Fadlil Munawwar Manshur, majalahHumaniora Volum VI
3.Dinasti Umayyah : Perkembangan Politik,H er m ain
El-Hermawan, Forum Kajian Islam Strategis Sumatra Utara
4.Artikel Khalifah Bani Umayyah (Masa Kemajuan
Islam) oleh:az war ti
5.Sistem Sosial Budaya dan Model Pemerintahan
Pada Masa Bani Umayyah, Imronfauzi.wordpress.com.htm


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, karena berkat beliaulah sehingga kita dapat menikmati hidup yang penuh berkah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan mata kulyah Sejarah Pendidikan Islam program strata I (S1) jurusan matematika fakultas tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Makalah ini disusun berdasarkan hasil pencarian bahan dan materi yang kami dapat. 
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini hingga masih terlalu jauh kesempurnaan, hal ini penulis sadari karena keterbatasan dan kemampuan penulis dalam mengembangkan serta mengapresiasikan makalah ini.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/ mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini, baik moril maupun materil.
Demikian, semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.



                                                                             Bandar Lampung, September 2011


                                                                                               Penulis



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang 

Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, 
dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah

 Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.
Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

1.2. Tujuan 

Tujuan dibuatnya makalah ini ialah untuk memenuhi syarat dari mata kulyah Sejarah Pendidikan Islam.

 
1.3 Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Perjalanan Dinasti Bani Umayyah I ?
2.    Apasajakah System Pemerintahan Dinasti Umayyah I ?
3.    Bagaimana Proses Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah I ?
4.    Apa Yang Menyebabkan Keruntuhan Bani Umayyah I ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar